Friday, December 22, 2017

Pentingnya melatih kemandirian anak sedini mungkin

December 22, 2017 1 Comments
Wah, saya harus benar-benar berterima kasih pada IIP surabaya yang banyak sekali membantu merealisasikan apapun untuk Mas Daffa. Jujur selama ini saya masih saja berplanning tanpa take action. banyak sekali catatan tapi tiak tahu harus memulai dari mana. Dari kelas Bunday IIP saya mulai meniti sedikit demi sedikit, menata lagi dari awal dan bergerak.

Oh iya, khusus untuk kemandirian Mas Daffa, Dari 4 point yang sudah direncanakan terlaksana 4. Tapi 4 poin yang terlaksana bukan 4 poin yang direncanakan hee

poin yang di rencanakan
1. toilet training
2. membersihkan mainan
3. makan sendiri
4. membuang sampah pada tempatnya.

sedangkan yang terlaksana
1. membersihkan mainan
2. membuang sampah pada tempatnya
3. makan sendiri
4. menutup botol minuman.

toilet training masih belum terlaksana karena bundanya yang belum siap hiihii selain itu juga musim hujan. Jadi diperkirakan errornya akan lebih banyak. Makanya ditunda dulu. #AlasanEmak

Paa awalnya melatih kemandirian Mas Daffa berjalan dengan baik dan dia bisa diajak kompromi tanpa harus berdrama. tapi setelah berjalan beberapa hari konsisensinya mulai menurun. apalagi urusan makan sendiri. saat ini masih kembali lagi dari awal. semoga lain kali lebih konsisten lagi, Emaknya harus lebih "tega" lagi


#Aliranarasa
#level2
#melatihkemadirian
#kuliahBunsayiip


Monday, December 11, 2017

(Day10) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 11, 2017 0 Comments
Ada yang emezing banget tadi malam. Mas Daffa membersihkan mainannya sendiri sebelum tidur,  padahal gak ada yang nyuruh. Ternyata benar sekali,  kebiasaan itu butuh proses dan gak ada yang instan. Jadi,  jangan baper dulu kalau apa yang sudah kita latih belum juga konsisten. Orang dewasa aja butuh beberapa kali trial agar bisa konsisten,  apalagi anak-anak. Alhamdulillah. Semoga istiqomah ya ,Sayang.

Hari ini masih dengan skill yang sama "menutup botol minuman". Walaupun belum bisa dilakukan "otomatis" tapi saya yakin semua ini adalah proses jafi bundanya yang harus ekstra sabar hehehe.


#day10
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip

Saturday, December 9, 2017

(Day9) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 09, 2017 0 Comments
Alhamdulillah saat ini mas Daffa sudah mau bekerja sama saat disuruh beresin mainan.  Karena hakikatnya kemandirian adalah skill yang akan dilakukan tanoa disuruh dan prosesnya juga panjang, maka sambil melatih terus kemandirian membereskan mainan, saya akan melatih skill yanh sebenernya dia sudah punya tinggal konseistensinya saja.  Yaikni menutup tutup botol sendiri setelah minum hehehe.

Sebenernya Mas Daffa sudah bisa menutup boyolnya sendiri,  tapi mesti selalu diingatkan setelah selesai minum. Oh iya,  sebelumnya saya ingin melatih kemandirian buang sampah sendiri. Tapi karena daffa sudah bisa tinggal diingetkan sedikit lagi dan konsisyensinya,  maka saya ganti aja sama nutup botol.  Karena lebih urgent, biar botolnya bisa lebih steril selesai minum.

Hari ini adalah hari pertama memulai kemandirian menutup botol. Karena pre request skillnya udah punya dan tutup botolnya juga mudah ditutup jadi tinggal konsistennya saja.  Semoga tidak butuh waktu lama. 


#Day9
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiip

(Day8) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 09, 2017 0 Comments
Melatih kemandirian anak sama halnya dengan melatih skill yang lain.  Hal pertama yang seharusnya dilakukan adalah melatih pre request skill nya terlebih dahulu. selain itu berilah alat peraga yang mudah baginya. Contohnya meletakkan temoat mainan sesuai dengan katagorinya., jafi kalau dia mau kau main lego tinggal ambil mainan lego aja.  Kalau mainan legonya bercampur jadi satu dengan bola atau puzzle,  jangan salah anak kalau sekua mainannya di tumpahkan heehee.  Sebenernya  Inilah yang belum saya lakukan saat pertama kali melatih kemandirian membereskan mainan sendiri,  Orginize mainannya. Apakah itu perlu?  Menurut sepemahaman saya itu sangat diperlukan untuk memudahkan anak.


Kali ini masih ini saja yang bisa diusahakan.  Semoga lain waktu bisa mengorganizenya lebih baik pagi.  Jadi sekarang tinggal ambil kotak kecilnya aja kalau mau main. Dengan syarat yang sama,  harus beresin mainan sebelumnya kalau mau mainan yang baru.  Sebelum di orgenize beginilah penampakan kalau dia lagi mainan. Semua mainannya tumplek jadi satu 😂😂😆



#Day8
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#kuliahBunSayIIPq 

Thursday, December 7, 2017

(Day7) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 07, 2017 0 Comments
Hari ini masih dengan skill yang sama seperti 3 hari sebelumnya,  membereskan mainannya sendiri.  Awalnya semua baik-baik saja, Mas Daffa selalu mau bekerja sama saat bunda minta membereskan mainan jika mau mainan yang lain.  Tapi,  semakin siang kok mainannya maunya dinturunin semua, saat saya minta untuk diberesin dulu malah menolak. Apa karena ingin menunjukkan semua mainannya pada tamu?  Karena kebetulan hari ini ada tamu dari madura.  Setelah dipikir-pikir ternyata benar,  saat tamu bilang "Mas Daffa pinter ya baca huruf hijaiyahnya?  Dia langsung mau ngambil semua kartu dan pensil warnanya,  dan lebih lucunya lagi dia baca satu-satu kartunya dan menyebutkan semua warna yang dia punya dengan bahasa inggrisnya yang khas, sontak saja kami tertawa. )


#Day7
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemadirian
#kuliahbunsayiip

Wednesday, December 6, 2017

(Day6) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 06, 2017 0 Comments
Tantangan hari keenam melatih kemandirian,  saya lebih fokus ke melatih merapikan mainan sendiri.  Yah,  karena nafsu makan Mas Daffa 3 hari terkahir ini berkurang, padahal beberapa  trik sudah dimainkan hehehe mulaindari masak makanan kesukaan,  bentuknya di macem-macemin samapi pakai menu mie,  tetep aja gak mau disentuh kalau gak disuapin.Jadi untuk makan mandiri lebih menantang dari hari-hari sebelumnya.  Terus dengan suasanana yang gak menentu ini,  kadang hujan kadang panas saya skip dulu sampai nafsu makannya kembali khawatir daya tahan tubuhnya menurun.


Mas Daffa sudah mulai mau berkerja sama saat saya ingatkan untuk merapikan mainannya, apalagi saat dia mau main mainan yang lain.

"Nda,  mau ain puzzle." seperti khasnya dia menunjuk ke arah mainannya,  sengaja saya letakkan di atas biar gak mudah di bongkar.
"ayo kita beresin dulu legonya,"
"Ayo."

Tanpa harus merayu dulu seperti  saat hari pertama,  Alhamdulillah.
Ayo terus berproses jadi lebih baik ya nak,

#Day6
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayIIP

Monday, December 4, 2017

(Day5) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 04, 2017 0 Comments
Selamat pagi bunda,  gak kerasa udah tantangan hari kelima aja ya.  Semakin ke sini tantangannya semakin menantang, karena patner kita yang semakin slow ataunkita sendiri yang semakin gak sabaran heee. Melatih kemandirian makan Mas Daffa semakin menurun,  bahkan walau sudah dimasakin menu kesukaannya dia tetap menolak.  Dia menolak makan nasi kalau gak disuapin.   Padahal hari-hari sebelumnya gak kayakngini,  dia suka makan sendiri walau gak di suapin.  Terus kita harus gimana ni? Bundanya mulai gak sabar dan akhirnya di suapin lagi 🙈🙈 dengan alasan mengembalikan nafsu makan dulu heee.


Mungkin kita masih butuh waktu untuk mengembalikan nafsu makannya dulu, sambil jalan sambil dilatih lagi kemandirian makannya.

Beralih pada kemandirian memberekan mainan,  alhamdulillah semakin hari dia mulai mengeri kalau mau main itu satu-satu.  Kalau mau main yang lain bearti mainan yang sebelumnya harus diberesin dulu.  Ini terlihat dari dia gak nolak saat di sutuh bersihkan mainannya.  Dan sesuai janji saya akan memberikan mainan baru.  Semoga istiqomah 😍😍😍😍





#Day5
#tantangan10hari
#gamelevel2
#melatihkemandirian
#kuliahbunsayiipsurabaya

Sunday, December 3, 2017

(Day4) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 03, 2017 0 Comments
Tantangan hari keempat Mas Daffa semakin gak selera makan.  Beberapa kali saat sarapan dan makan siang piringnya hanya diliatin aja.  Beberapa kali juga bunda mengingatkan dan mencoba mengulang trik semalam (membuat bola-bola nasi) tapi. Sepertinya hari ini dia lagi gak selera makan. Padahal lauknya udang,  ikan favoritnya. Apa sekarang dia sudah bosan? Hem,  sepertinya harus rotasi lagi menu makanannya.

Bundanya yang mulai gak sabar melihat dia hanya bengong di depan piringnya akhirnya menyerah 😢. Padahal nasinya udah di bentuk singa. Mulailah Mas Daffa disuapin lagi dan ajaib dia mau buka mulut,  padahal tadi kayak gak ada selera makan sama sekali.  Aduh,  apa dia tau kalau bundanya mulai lengah 😓.



Saat makan malam mencoba pakai menu baru yakni ikan lele. Alhamdulillah mulai ada nafsu makan.  Tapi lagi-lagi bundanya yang udah ngelanggar sendiri.  Karena khawatir kena tulang ikan akhirnya Mas Daffa disuapin lagi 🙈. Kayaknya bener nih,  bundanya harus lebih ekstra konsisten saat melatih kemandirian anak.

Sambil menjalankan kemandirian makan, tak ada salahnya sambil melatih kemandirian yang lain. Kali ini saya mengambil skill membersihkan mainannya sendiri. Awalnya saya berpikir sah sah aja saat Mas Daffa berantakin mainannya,. Toh,  masih anak-anak.  Semakin ke sini,  saya merasa risih,  "apa iya kita harus memaklumi semua kelakuannya.  Walau itu hakl negatif? " akhirnya saat materi melatih kemandirian sudah selesai di baca. Akhirnya membereskan mainan menjadi salah satu skill yang akan saya latih kemandiriannya.


#Day4
#Tantangan10hari
#gamelevel2
#kuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

Saturday, December 2, 2017

(Day3) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunsay IIP

December 02, 2017 0 Comments


Hari ini Mas Daffa jalan-jalan ke kebun binatang surabaya yey....  
Akhirnya setelah sekian lama hanya bisa janji sama Mas Daffa ke kebun binatang,  hari ini bisa terwujud. Belum juga kita masuk, Mas Daffa sudah sangat antusias melihat gambar-gambar hewan. Dia mulai menyebut satu persatu nama hewan yang dia lihat di setiap dinding. 

Setelah membeli tiket dan masuk, sepertinya Mas Daffa masih belum sadar sepenuhnya kalau hewan-hewan itu asli.  Mungkin dia masih mengira itu gambar-gambar yang dia lihat di buku dan hp. Tapi setelah masuk ke tempat flaminggo dia berlari dan mendekatinya,  tangannya menunjuk ke arah kandang flamingo sambil menyebutnya berkali kali. 
"nda nda amigo (bunda,  bunda ada flaminggo)" tangannya tak henti menunjuk. 




Aduh,,,  kenapa jadi bahas keseruan Mas Daffa di Kebun Binatang Surabaya hehehe.   Kembali pada poin kemandirian makan,  Alhamdulillah sampai hari ketiga Mas Daffa mulai konsisten makan dengan posisi duduk tanpa disuapi tapi bukan berarti tanpa harus diingatkan. Sedangkan konsistensi untuk berdoa dan makan dengan tangan kanan masih dalam proses.  Gak papa na,k, kita berproses bersama ya,.

Ditantangan ketiga ini ada yang error bukan dari mAs Daffa tapi dari bundanya.  Menjaga konsistensi itu ternyata tidak mudah apalagi jika dalam keadaan injury time.  Sering kali orang dewasalah yang suka melanggar.  Seperti kejadian tadi pagi, karena buru-buru mau ke kebun binatang akhirnya Mas Daffa yang awalnya makan sendiri malah disuapin sama bunda karena udah kesiangan.  Apalagi tadi dia menolak makan nasi, mungkin karena sudah minum susu sebelumnya. 



Begitu juga saat makan siang,  karena melihat dia belepotan saat makan di luar jadilah sang bunda bantu nyuapin.  Padahal dia udah mau makan sendiri awalnya.  Hadeh...  Sepertinya yang harus latihan itu bundanya. 



Untuk makan malam alhamdulillah bisa diatasi.  Walau dia sempat menolak makan nasi, tapi bunda punya trik khusus membuat dia mau makan nasi.  Awalnya sendoknya diberi nasi dulu jadi Mas Daffa tinggal nyendok dan makan.  Tapi lama kelamaan gak mempan juga,  akhirnya nyoba bikin bola-bola nasi.  Nasinya dibentuk bola kecil-kecil terus didalmnya di kasi ikan.  Sambil praktek main bola (mulut sebagai gawang)  akhirnya sukses juga sampek selesai.

Yang menjadi catatan di hari ini adalah
1. Bundanya harus latihan sabar dan konsisten
2. Minum susu setelah makan
3. Harus punya stok ide 


#Day3
Nm Mbk km
#Level2
#tantangan10hari
#Melatih Kemandirian Anak
#kuliahbunsayIIpsurabaya

Friday, December 1, 2017

(Day2) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunda Sayang IIP

December 01, 2017 0 Comments
Hari ini sudah masuk tantangan kedua melatih kemandirian anak kuliah bunsay IIP. Dan Alhamdulillah hasilnya bisa dikatakan baik. Kok bisa?  Iya,  sekarang Mas Daffa sudah mau makan posisi duduk dengan nyaman. Dan yang bikin saya terharu adalah dia berusaha makan dengan tangan kanan.  Mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal yang biasa,  tapi tidak bagi saya. Melihat tangan kanannya bergetar saat memegang sendok dan tangan kirinya membantu untuk tetap bertahan adalah hal yang LUAR BIASA. Itu adalah salah satu bentuk usahanya untuk tetap makan dengan tangan kanan walau sebenarnya tangan kirinya lebih dominan. Sayangnya belum bisa upload video.

Ok,  pencapaian hari ini adalah.... Jeng jeng jeng....
1. Makan tanpa disuapi
2. Makan dengan posisi duduk walau masih diselingi dengan bermain
3. Makan tidak lebih dari 30
4. Berdoa sebelum dan sesudah makan masih diingatkan
5. Makan dengan tangan kanan

Alhamdulillah yang penting adalah prosesnya...
Tantangannya adalah membuat menu yang disukai Mas Daffa karena skill bundanya  dan bahan-bahan yang akan digunakan belum semuanya tersedia. semoga lain kali bisa diselesaikan  dengan baik. Selain itu sendoknya yang terlalu besar karena belum sempat beli 😅😅



Hari2 Trial 1

Hari2 Trial 2

Hari2 , Trial 3

Sambil menjalankan tantangan kemandirian makan,  saat ini mulai saya masukkan kemandirian membersihkan mainan sendiri.  Jadi saat ini Mas Daffa punya rules baru yakni gak boleh mainan yang lain kalau mainan yang sebelumnya belum diiberesin.





#Day2
#Level3
#tantangan10hari
#Melatih Kemandirian Anak
#kuliahbunsayIIpsurabaya

Thursday, November 30, 2017

(Day1) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunda Sayang IIP

November 30, 2017 0 Comments
Hai bunda,  tantangan kali ini adalah melatih kemandirian anak. Sebulan ini kami dibatasi untuk melatih maksimal 4 skill.  Maka dari itu saya mencoba melatih skill 1. Membersihkan mainan secara mandiri 2.Makan sendiri 3. Buang sampah ke dalam tempat sampah dan yang tetakhir adalah toilet training.

Skill yang akan saya latih pertama kali adalah makan secara mandiri.  Target pencapaian yakni:
1. Makan sendiri tanpa disuapin
2. Duduk
3. Menggunakan tangan kanan
4. Tidak makan lebih dari 30 menit
5. Berdoa sebelum dan sesudah makan

Namun,  sebelum mencapai target pencapaian,  saya akan memecah terlebih dahulu menjadi pencapaian target sederhana seperti di atas.  Hal ini berharap bisa memudahkan Mas Daffa melatih kemandiriannya.

Hari pertama target saya adalah Mas Daffa bisa makan dengan posisi duduk tanpa di suapi. Dan Alhamdulillah berjalan dengan baik di 3 trial (setiap hari makan 3x,  berarti dalam sehari ada 3 trial yakni sarapan,  makan siang dan makan malam).

Hal pertama yang saya lakukan adalah menggomunikasikan kepada seluruh penghuni rumah bahwa mulai hari ini Mas Daffa makan sendiri,  jadi gak boleh ada yang suapin. karena kami hanya berempat Ayah,  Bunda,  Tante dan Mas Daffa jadi dalam berkomunikasi serta membuat kesepakatan diberikan kemudahan.

Kedua menyiapkan makanan kesukaan Mas Daffa setiap hari.  Salah satu menu kesukaannya adalah ayam, udang dann kepiting. Alhamdulillah saat inj sudah bergabung di rumbel boga IIP surabaya.  Jadi insyaAllah masalah kedua bisa diatasi.

Ketiga menyiapkan seluruh properti.  Hal ini berkaitan dengan piring,  sendok dan gelas yang lucu dan sesuai ukurannya. berharap Mas Daffa bisa lebih bersemangat.

Day 1, Trial 3




Day 1, Trial 1


#Day1
#Tantangan10Hari
#level2
#MelatihKemandirian
#kuliahBunsayIIPSurabaya

Melatih Kemandirian Anak IIP

November 30, 2017 0 Comments
*Institut Ibu Profesional*
_Materi Bunda Sayang Sesi #2_

*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*

_Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?_

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

_Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?_

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita masih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

_Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?_

☘ *Usia 1-3 tahun*
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu

🔑 *Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :*
👨‍👩‍👦‍👦 Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
👨‍👩‍👦‍👦 Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
👨‍👩‍👦‍👦Komitmen dan konsisten dengan aturan

Contoh:
_Aturan berbicara_ :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.

Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.

_Aturan bermain_:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudah tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.

Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

☘ *Anak usia 3-5 tahun*
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya

🔑 *Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :*
👨‍👩‍👦‍👦Hargai keinginan anak-anak
👨‍👩‍👦‍👦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
👨‍👩‍👦‍👦 Terima ketidaksempurnaan
👨‍👩‍👦‍👦 Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
👨‍👩‍👦‍👦 Berbagi peran bersama anak
👨‍👩‍👦‍👦 Lakukan dengan proses bermain bersama anak

Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus. Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

☘ *Anak-anak usia sekolah*
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, maka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

🔑 *Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah*
👨‍👩‍👦‍👦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
👨‍👩‍👦‍👦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
👨‍👩‍👦‍👦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
👨‍👩‍👦‍👦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko

Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

📌 *Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:*
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
🔟Berkarya

📌 *3 Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :*
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan

_*Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?*_

📌 *Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak*
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak

_Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak. Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita_


Salam,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

_Sumber bacaan_:
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014_
_Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara_
_Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi_



Thursday, November 23, 2017

Berproses Lebih Baik Melalui Komunikasi Produktif

November 23, 2017 0 Comments
Sejak mendapatkan materi komunikasi produktif di kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, saya sedikit demi sedikit mulai mengatur komposisi kata lengkap dengan seberapa tinggi intonasi yang harus saya keluarkan.  Walaupun belum sepenuhnya bisa konsisten tapi saya sangat bersyukur, ada secercah cahaya yang mulai muncul dari anak saya Daffa.  Dulu,  saya sering sekali gemes kalau dia seakan-akan tidak menggubris omongan saya.  Tapi saat ini semua mulai berkurang dan dalam proses untuk lrbih baik lagi.

Saya memulai tantangan komunikasi produktif ini dengan Daffa 2y5m.  Dari sini saya terus berusaha lebih kreatif lagi.  Mencari solusi jika menemukan kendala.  Krn da la terbesar saat ini adalah karena daffa belum bisa berkomunikasi dengan lancar walaupun secara konseptual dia sudah paham. Selain itu,  kendala juga belum bisa satu jalan dengan pasangan karena memang saya belum mulai berbagi materi komprod.

Hasilnya??? Alhamdulillah ada peningkatan walau tidak sepenuhnya dikatakan verhasil.  masih butuh waktu sepanjang masa untuk terus berproses...
Terima kasih institut ibu ptofesional...
Terima kasih bunda fasil Kuliah bunda sayang Surabaya...

#levelgame1
#aliranrasa
#komunikasiproduktif
#Kuliahbundasyangsby
#tantangan10hari


Monday, November 13, 2017

[Day10] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 13, 2017 0 Comments
Menjadi orang tua di era digital benar-benar membutuhkan pemikiran cerdas. segala fasilitas sangatlah mudah dinjangkau termasuk gadget. banyak orang tua yang masih galau dengan pemberian gadget pada anak di bawah usia 14 tahun. begitu juga dengan saya sebagai ibu muda. mungkin bisa dikatakan suatu kesalahan saat saya mengizinkan mas Daffa (2y 5m) menggunakan gadget. pasalnya saya merasa dia bisa belajar lebih banyak dengan gadget. hal ini karena saya melihat perkembangan kognitif yang dia dapat dari gadget. salah satunya saat dia bisa menghafal huruf hijaiyah, warna bahkan binatang. dari sinilah saya menganggap pemakaian gadget masih dalam taraf baik-baik saja. semakin kesini saya memfasilitasinya dengan gadget khusus yang bisa dia gunakan. dengan kata lain dia punya gadget sendiri. Dia semakin asyik bahkan dia sudah bisa menyalakan video sendiri di usianya yang sangat kecil. Bangga? iya awalnya. Tapi sekarang saya merasa sangat bersalah, dia jadi kekurangan kosa kata. Selain itu, hanya orang-orang terdekatlah yang paham apa yang dia maksud. walaupun secara konsep dia sudah paham, tapi bagiku itu tidak cukup. seharusnya dia bisa lebih baik lagi. maka dari itu, saat ini PR sangat besar bagi saya agar dia bisa sedikit demi sedikit terhindar dari gadget. tidak adil rasanya jika saya harus langsung memutus dia dari gadged. karena bagaimanapun sayalah yang bertanggung jawab atas ke"canduannya" dalam penggunaan gadget.

seperti kemarin saat dia sedang asyik dengan gadgetnya, saya meminta dia untuk memberikan gadgednya pada saya. karena saat ini saya membatasi dia hanya 2 jam setiap harinya. seperti biasa dia akan menolak dan menjerit.

"Sayang, kasi hanphonenya ke bunda ya."
"Gak mau." dia masih asyik dengan handphonenya
"liat bunda dulu." Dia mulai mau melihat.
"Bunda pinjam hpnya dulu ya. yuks main sama dek fatih."
dia diam sejenak. mungkin sedang mempertimbangkan usulan saya.
"nanti main bola juga sama mbak"
mendengar kata bola dia langsung memberikan hpnya dan keluar.

Yah, akhirnya komprod kali ini bisa berhasil dan "kasus"terselesaikan juga tanpa drama. maklum saat ini kamu masih di rumah mertua. Jadi harus hati-hati ngomongnya, kalau nggak dia bisa nangis terus ngadu sama kakeknya. hadeuhhhh dasar anak cerdas.

#day10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, November 10, 2017

[Day 9] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 10, 2017 0 Comments
Masih juga seputar membersihkan mainan. Tadi pagi seperi biasa Mas Daffa meminta untuk menurunkan minannya. saya bawa ke kamar agar mainannya tidak berhamburan ke seluruh rumah. selain itu, dia juga lebih suka main di kamar. karena mainan kesukaannya (raket) berada di bawah, maka dia mengeluarkan seluruh mainannya. setelah puas bermain dia mau beralih ke tempat kartu dan pensil warna.

"Nda, Mau itu!" Tangannya menunjuk ke kotak pensil.
"Beresin dulu yuks, Nak mainannya. masukin ke keranjang." Dia menggeleng.
"Ayuk, bunda bantu." karena belum melihat reaksi tanda setuju saya langsung mengalihkan perhatiannya lebih dahulu.
"Ayo, mau naik kuda-kudaan sama bunda. nanti bunda antar ke kamar."
Kulihat matanya berbinar menandakan persetujuan.

Yeayyyy akhirnya berhasil juga. eh tapi tunggu dulu apa dia akan benar-benar mau merapaikannya setelah sampai di kamar? sebelum dia berubah pikiran, langsung saya contohkan memasukkan mainan ke keranjang.

"Nak, bolanya di lempar ke keranjang katak bunda."

Dia langsung menirunya dan akhirnya seluruh mainan berada di keranjang. Alhamdulilllah...

#Day9
#GameLevel1
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

Thursday, November 9, 2017

[Day 8] Tantangan Komunikasi Produktif Kuliah Bunda Sayang IIP

November 09, 2017 0 Comments
Di saat bundanya ingin merebahkan punggung karena badan yang kurang fit, tiba-tiba saat mata ingin terpejam ada pemandangan yang luar biasa heboh. beberapa baju dari lemari sudah tergeletak di lantai dan mainan yang berhamburan sampir seluruh kamar.
Aw... rasanya pengen menumpahkan seluruh kosa kata yang ada denga suara yang cetar membahana. seandainya saya tidak pernah belajar tentang komunikasi produktif pastilah di kepala ini sudah tumbuh dua tanduk yang siap menyeruduk. tapi saya bersyukur dalam keadaan yang genting ini saya masih bisa mengendalikan emosi. saya bangkit lalu mendekatinya.


"Sayang, Mas Daffa istirahat dulu ya. Bunda ngantuk pengen istirahat. nanti kita main lagi."

Dia tetap bergeming bahkan dia mencoba membuka lemarinya.

"Sayang, dengerin bunda. Mas Daffa mau main apa? Ayo bunda temenin bentar ya, habis itu Mas Daffa istirahat ya, nak"

Akhirnya dia mau beralih ke mainannya lalu mengambil roda motor yang sudah lepas dari badannya.

"Main ini Nda."

Alhamdulliah, setidaknya dia masih bisa dialihkan dari kegiatan sebelumnya. PR besar bagi saya untuk bisa mengajaknya membersihkan mainannya sendiri.

#Day8
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP




Wednesday, November 8, 2017

[Day7] Tantangan Komunikasi Produktif Kuliah Bunda Sayang IIP

November 08, 2017 0 Comments

Ada yang membuat saya terharu tadi siang.  Hal ini terjadi saat percakapan saya dan mas Daffa soal membersihkan mainan.
Daffa : "Nda,  main itu! " tangannya menunjuk tempat pensil warna dan kartu.
Bunda : "Mainan yang di kerangjang masukin dulu yuks."
Daffa : "Main itu! " dia tetep bersikeras ingin bermain bermain pensil.
Aku juga tetap keukeuh untuk tidak memberikannya sebelum dia membersihkan mainan sebelumnya. Mas Daffa mulai merengek dan terus menunjuk tempat pensil. Saya juga tetap bertahan dengan alasan dia akan menghamburkannya, bukan untuk belajar.
Bunda : "Sayang,  beresin dulu mainannya,  nanti bunda ambilkan yang itu. Nanti siapa yang mau beresin mainan Mas Daffa?
Daffa : "Nte? "
Saya langsung tertawa tidak menyangka bahwa dia akan menjawab itu. Iya, karena yang  biasa membantu saya membereskan mainannya adalah tantenya.  Tapi saya sama sekali tidak menyangka dia akan menjawab itu.  Mungkin saya terlaltu under estimed pada kemampuannya.  Saya kira dia  ajan kesulitan menjawab dan berhenti untuk merengek.

Teruslah berkembang sayang,  jadilah apa saja yang membuatmu bahagia.  I love u

#Day7
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

Tuesday, November 7, 2017

[Day6] Tantangan Komunikasi Produktig Kuliah Bunda Sayang IIP

November 07, 2017 0 Comments
Enam hari menjalankan tantangan komunikasin produktif ternyata belum cukup bagi saya untuk benar-benar meminimalisir kata "jangan". Belum banyak kosa kata yang bisa menggantinya dengan kata positif. Butuh banyak jam terbang tinggi dan kesadaran ekstra agar bisa secara otomatis tertanam dalam alam bawah sadar.
Terkadang saat tubuh sedang capek, sakit dan lain-lain intonasi dan komposisi kata ucapan kita kurang terkendali. Seperti kejadian tadi siang saat saya selesai mencuci baju. Mas Daffa datang dan mencoba membantu saya menjemur cucian. Saya yang melihat tangan kotornya menyentuh cucian baju sontak berteriak "Jangan nak, nanti cucian bunda kotor!" Mas Daffa langsung menunduk dan terdiam. Aku langsung datang dan memeluknya. Seharusnya aku tidak melakukan itu, cucian kotor bisa di bersihkan lagi, tapi bentakan saya bisa saja dia ingat semasa hidupnya.

"Maafkan bunda ya, Nak. Mas Daffa cuci tangan dulu terus bolehlah bantuin bunda." 

Aku membawanya ke pancuran lalu mencuci tangannya. Setelah itu, kami menjemur sambil bermain. Dia bertugas mengambil baju dan memberikannya padaku untuk di jemur.

Salam Ibu Pembelajar!

#Day1
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP


Monday, November 6, 2017

[Day5] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 06, 2017 0 Comments

Alhamdulillah mas Daffa mulai membaik setelah kemarin demam dan bapil. Seperti bias saat dia kurang enak badan maka saya memberikan "diskon" untuk bisa melihat gadhet. Dua jam maksimal untuk screen time. Setelah waktunya habis saya langsung meminta gadhet dan memintanya. Tidak seperti biasanya akan banyak drama saat saya meminta hpnya. Kali ini di hanya mau di temeni bermain.
"Nda, ain yuks."
"Okey, main apa?" 
Dia mulai mengacak-ngacak mainannya. 
"Nda keeta api, pasang Anda"
"Ayo Mas Daffa pasti bisa sendiri. Dia berusaha untuk merangkai kereta api. Kulihat dia agak kesulitan. Tangann kirinya lebih kuat membuatnya kesulitan saat lubangnya di tangan kanan.
"Nda, gak bisa."
"Ayo di coba lagi!" Aku memindahkan posisi kereta apinya dan Yeayyyyy akhirnya mas Daffa bisa.

#Day5
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#komunikasiProdultif
#kuliahBunsayIIP

Sunday, November 5, 2017

[Day4] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 05, 2017 0 Comments


Hari ini mas Daffa lagi demam plus bapil. Kasian banget, biasanya kalau begini dia tidak banyak berespon, dia akan banyak menghabiskan waktu dengan menonton atau tidur. Seperti hari ini, kami melakukan perjalanan dari Madura ke Sidoarjo. Se0najang perjalanan dia tertidur hingga sampai ke Surabaya. Maka dari itu, tantangan hari ini sangatlah sederhana tapi bermakna.

Sebelum sampai ke sidoarjo kami mampir di rest Area untuk sholat Ashar sekalian istirahat. Saat itu kami bertiga ada Ayah, saya, mas Daffa dan tante. Selama Ayah mengisi bahan bakar saya sholat bergantian dengan tante.

Kami berdua duduk di teras masjid, tubuhnya masih demam saat itu. Makanya dia lebih banyak diam sambil makan cokelat. Melihat tangannya belepotan karen cokelat saya bicara sama mas Daffa sambil memegang tissu.

"Sayang, nanti kalau sudah selesai makannya lap ke tissu ya." 

Saya berkata sambil memperlihatkan tissu di tangan saya. Dia tidak menjawab apa-apa hanya melihatku sambil sesekali memakan kuenya dan melihat tangannya yang belepotan cokelat. Ada kekhawatiran dalam diriku jika mas Daffa akan mengelap tangannya ke baju seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Aku melihatnya sekali lagi sambil mengelap tangannya. Karena tante sudah datang jadi sekarang giliranku untuk sholat. Saat perjalanan ke kamar mandi aku tiba-tiba teringat mengapa tadi saya mengelap tangannya? Padahal sebelumnya saya sudah memberikan dia kepercayaan untuk memahami apa yang saya sampaikan. Saya benar-benar menyesal sudah tidak percaya padanya. Dalam hati saya merutuki apa yang baru saja saya lakukan. Kenapa saya tidak memberikannya kesempatan untuk melalakukan apa yang saya ucapkan padanya? Padahal dia sudah kooperatif saat komunikasi berlangsung, matanya sudah mau melihat ke arahku tanpa aku minta.

Astaghfirullah... semoga ini tidak pernah terjadi lagi. Karena saya yakin kepercayan kita (orang tua) sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita. Komunikasi Produktif tidak hanya sekedar teknis dalam berkomunikasi saja. Tapi, bagaimana kita bisa menghargai apapun respon dari hasil komunikasi tadi. Baik dan buruknya hanyalah suatu proses untuk memperbaiki diri. Jangan biarkan kitalah yang merusak kepercayaan mereka.

#Day4
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSay
#InstitutIbuProfesional

Saturday, November 4, 2017

[Day3] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 04, 2017 0 Comments
Yeaayyyy hari ini mas Daffa and the genk  mau jalan-jalan ke pantai. Tapi jangan di bayangkan pantai dengan hamparan pasir dan deburan ombak yang ramah ya bunda. Pantai yang akan kami datangi adalah cafe yang  terletak di tepi laut dan di batasi oleh karang besar di setiap tepinya.

Sepanjang perjalanan saya tidak henti membayangkan betapa mas Daffa akan berbinar saat akan bermain air laut.  Selama ini matanya tampak selalu berbinar dengan senyum yang menghiasi wajahnya saat bermain air.  Apalagi ini adalah pertama kalinya dia bersinggungan langsung dengan laut.  Biasanya dia hanya bisa melihat dari dalam mobil saja saat pulang kampung. Ya,  kami berasal dari salah satu pulau dengan penghsil garam di jawa timur, Madura.  Makanya setiap pulang kampung dia akan menemukan hamparan laut sepanjang perjalanan.

Setibanya di sana kami langsung memesan makanan dan minuman. Setelah itu langsung menuju spot foto yang berdekatan dengan karang pembatas.  Hati-hati kami turun dan mendekati tepi laut,  kebetulan air laut sedang surut jadi kami turun agak jauh. Karang-karang pembatas itu ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.  Permukaannya tajam dan agak licin. Jadi saya memutuskan untuk berhenti sejenak di tengah sambil menikmati panorama laut dari atas karang.  Entah mengapa saya bertanya pada mas Daffa untuk melanjutkan turun danbbermain air atau naik saja karena melihat jarak yang akan ditempuh masih lumayan jauh.  Padahal saya sudah yakin pilihannya pasti akan turun dan bermain air, aktivitas yang selalu membuat matanya berbinar.

Bunda: "Mas Daffa mau main air apa naik? "
Mas Daffa: "aik ja Nda." (Naik saja Bunda.red)

sungguh jawabannya membuat aku mengernyitkan dahi.  Mengapa tidak,  ternyata apa yang saya pikirkan sejak tadi salah besar. Mas Daffa lebih memilih naik bermain pasir daripada bermain air.

Dari sini saya belajar bahwa apa yang kita (orang tua) yakini akan membahagiakan anak tidak selamanya benar.  Lebih baik pastikan lagi, tanyakan lagi apa yang sebenarnya mereka inginkan.  Tidak adil sepertinya jika kita memutuskan sesuatu hanya dari pengamatan kita saja,  tidak ada salahnya memastikan ulang dengan bertanya pada mereka apa yang di inginkan.  Di sinilah pentingnya kita mempelajari komunikasi produktif, dengan harapan informasi kita bisa sampai dan tercerna dengan baik.  Selain itu,  kita juga bisa menfapatkan informasi yang akurat.

#Day1
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSay
#InstitutIbuProfesional




Friday, November 3, 2017

[Day2] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 03, 2017 0 Comments
Tantangan hari kedua komunikasi produktif dengan mas Daffa terasa kurang maksimal. Hal ini karena kami berdua lagi kurang enak badan. Hihihihi tapi komunikasi produktif tetap terlaksana dengan baik.

Di hari ke dua, mas Daffa terlihat lebih kooperatif dari hari pertama. Entah karena keadaannya yang kurang fit atau sudah ada efek dari komunikasi produktif yang sudah kami terapkan empat hari terakhir. Semoga asumsi yang kedua lebih kuat. Amin.

Masih berkutat dengan kue yang kemarin mas Daffa hamburkan. Hari ini dia meminta kembali kuenya.

" Nda," katanya sambil membawa toples berisi kue.
"Apa, Sayang?" Aku menunggunya mengucapkan kata selanjutnya. Biasanya saya akan langsung bertanya apakah mau di buka? Tapi mulai sejak materi komunikasi produktif saya lebih menuntut dia banyak bicara.
"Tue," (red.Kue)
"Iya, kuenya mau di apakan?
"Uka," (red.buka)

Aku mengangguk lalu membuka tutup toples. Aku lihat dia tersenyum. Setelah itu, aku menunggu respon selanjutnya dari mas Daffa. Apakah dia akan menghamburkannya seperti kemarin atau akan ada eksplorasi baru? Ternyata dia hanya mengambil isi kue lalu meletakkannya ke dalam tutup toples lalu memasukkan kembali ke dalam toples.
Alhamdulillah, setidaknya dia tidak mengulangi kesalahannya kemarin.

Ada hal penting yang saya terapkan selama empat hari terakhir dalam menjalankan komunikasi produktif, yakni:
1. Konsistensi eye contact
2. Menggunakan kata tunggal
3. Kuatkan body language
4. Reward

Gaya komunikasi dengan mas Daffa yang notabennya belum bisa berpikir nalar, empat hal di atas sangatlah penting dilakukan agar dia bisa merespon dengan baik serta memahami apa maksud dari perkataan kita. Dan yang menjadi PR buat saya adalah mengidentifikasi perubahan perilaku itu apakah murni karena komunikasi produktif atau ada hal lain. Karena selama ini selain saya menerapkan komunikasi produktif, saya juga mencoba  mengalihkannya dari perilaku kurang tepat kepada sesuatu yang dia suka, seperti susu atau berhitung. Setelah dia teralihkan baru saya
Memberikan instruksi selanjutnya. Jadi ada dua variabel yang menjadi dasar adanya perubahan pola perilaku. Semoga nanti akan ada titik terang dan menjadi bahan evaluasi pada tantangan berikutnya. 

#Day2
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif 
#KuliahBunSayIIP

Thursday, November 2, 2017

[Day1] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 02, 2017 0 Comments
Sejak beberapa hari mendapat materi komunikasi produktif dari Institut Ibu Profesional, banyak tantangan yang saya temukan saat membersamai anak saya, Daffa 2y4m. Tipenya yang cenderung Command dan bahasanya yang belum benar-benar jelas membuat saya harus berpikir keras agar bisa membersamainya lebih efektif lagi. Membutuhkan kreativitas dan konsistensi yang tinggi untuk menjalaninya. Dan Alhamdulillah ada sedikit perubahan walau belum sempurna. Yah, sedikit sedikit semoga menjadi bukit hiihii

Seperti yang tadi sore terjadi, Daffa menumpahkan kue ke lantai dan memakannya. Tidak hanya itu, kue itu dilempar sehingga hampir memenuhi ruang keluarga. Sontak saya langsung memegang tangannya dan menatapnya lekat. Ini bukan masalah tentang rumah yang berantakan, tapi lebih ke attitude yang harus di ajarkan sejak dini. Saat itu saya memegang tangannya dan menatapnya sambil memberikan pengertian.

Bunda: "Sayang, kuenya di masukkan lagi ya, kalau kotor nanti Daffa takut sakit perut." Tanganku memegang perutnya. Awalnya dia tidak mau menatap saya dan berusaha melepaskan tangannya.

Bunda: "Nak, lihat bunda. Yuks di beresin, bunda bantu ya." Setelah sukses mengambil kontak matanya saya memasukkan kue ke dalam toples sambil  berhitung. Dia tetap bergeming. Sekali dua kali masih belum berhasil tapi Alhamdulillah akhirnya dia mau memasukkan kue ke dalam toples walau tidak semuanya. Tapi ini harus tetap di apresiasi.

Bunda:"Wah, hebat! Yuks masukkan lagi." Dia memasukkan sekali lagi, setelah itu dia beralih pada buku disampingnya.

Yang saya garis bawahi di sini adalah gaya berkomunikasi anak sangat jauh berbeda dengan gaya berkomunikasi orang dewasa. Butuh body language dan penekanan terhadap solusi. Kenapa demikian? Karena saat mereka belum mampu mencerna bahasa kita mereka bisa melihatnya dari body language kita tentang apa yang harus dia lakukan.

Demikian dari saya,
Salam Ibu Pembelajar!!

#tantangan10Hari
#GameLevel1
#Day1
#InstitutIbuProfesional
#KuliahBunSayIIP
#KomunikasiProduktif

Friday, October 6, 2017

Dilatasi Memori -Review Book Parenting Fiction Version Part 2

October 06, 2017 4 Comments
Judul          :Dilatasi memori
Pengarang :Ari Nur
Penerbit.    :PT Mizan Publika, 2008
ISBN.          :6028236039, 9786028236034
Tebal          :240 halaman

Pagi mak, masih inget bulan lalu saya review novel karya Ari Nur dengan judulnya Diorama Sepasang Albanna? Kok rasanya gak adil kalau saya tidak mereview skuel dari novel tersebut,  Dilatasi Memori.

Novel karya Ari Nur yang satu ini sukses membuat saya begadang semalaman walaupun dulu sudah pernah baca. Jika Diorama sepasang Albanna yang bercerita tentang konflik sebelum menikah, maka Dilatasi memori bercerita tentang kisah rumah tangga Rani dan Ryan.

Saya suka dengan gaya penceritaan pengarang yang menceritakan konflik rumah tangga pada umumnya tanpa terasa membosankan. Sifat Ryan yang perfeksionis dan Rani yang bijaksana tapi sedikit childish membuat cerita ini hidup. Perbedaan pendapat keduanya yang tidak bisa dihindari mampu membuat novel ini terasa nyata. Bukankah membina rumah tangga itu adalah menyeimbangkan dua kepala yang berbeda? Apalagi saat mereka berbeda pendapat tentang pendidikan anaknya rifki. Mereka mampu menyelesaikan masalah tanpa harus saling menyalahkan tapi dengan instropeksi.

Selain itu, pengarang mampu menghadirkan konflik yang sering terjadi di usia 5 tahun pernikahan, apalagi kalau bukan pelakor? Konflik yang baru-baru ini menjadi booming. Ryan yang dipertemukan kembali dengan Dea, mantan terindahnya di saat Rani mengerjakan project besar. Serta kehadiran Galih yang tiba-tiba muncul dan meyakinkan Rani akan lebih bahagia dengannya. Di sini saya tidak suka dengan cara Rani yang terlalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Sangat bertolak belakang dengan latar belakang basik Rani yang paham agama.

Dwilogi Novel ini sangat cocok dibaca oleh kaula muda yang ingin menikah atau pengantin baru sebagai referensi buku. Novel ini sangat komplit menjelaskan permasalahan umum yang terja di rumah tangga lengkap dengan solusinya. Salah satunya tentang parenting, dakwah, intropeksi diri bahkan permasalah dengan orang ketiga.

Sebesar dan seindah apapun masa lalu kita, akan menjadi tidak penting jika kita sedang berada di masa ini. Lupakan, ikhlaskan dan jadikan pelajaran.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia 
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017


Diorama sepasang Al Banna. Review book Parenting (Fiction Version) Part 1

October 06, 2017 1 Comments
Judul : Diorama Sepasang Al Banna
Pengarang : Ari Nur
Genre : Romance Religi

Kali ini saya ingin mereview buku favorit saya saat di Madrasah Aliyah. Diaroma Sepasang Al Banna. Walaupun sudah lama membacanya, tapi buku ini sangat berkesan bagi saya. Sampai membuat saya sempat berpikir ingin memiliki suami seorang arsitek. Gaya penceritaan yang mudah dimengerti dan menarik membuat pembaca enggan untuk berhenti. Buku yang di terbitkan oleh PT. MIZAN PUBLIKA 2008 ini bercerita tentang pencarian cinta sejati. Dimana Ryan sang arsitektur muda ingin menikah tanpa pacaran. Lelaki yang telah menghafal 10 Juz Al Quran itu akhirnya bertemu dengan Rani, arsitek muda dengan jilbab panjang yang menjadi bawahannya. Novel ini bergenre romance religi, hanya saja dalam ceritanya memasukkan kegiatan dimana Ryan dan Rani satu mobil sebelum mereka menikah. Walaupun sebenarnya bagian ini adalah penggalan cerita yang mengantarkan pada klimak. Tapi tetap saja dalam novel religi dilarang menampilkan adegan dimana laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berduaan. Karena dikhawatirkan pembaca akan salah paham dan mengurangi kereligian cerita. Terlepas dari semua itu, novel dengan 216 halaman ini mengajarkan pembaca untuk selalu berdakwah, mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupan. Sangat cocok dibaca oleh remaja yang sedang mencari cinta sejati. Selain itu juga cocok dibaca oleh pasangan suami istri baru dalam membangun ideologi keluarga. Kata Al Banna yang dijadikan judul buku ini  terinspirasi dari penggalan cerita saat Ryan mendirikan biro arsitektur yang diberi nama Al Banna, yang artinya adalah pembangun. Ryan berharap Al Banna mampu membangun lagi keluarganya serta membangun dakwah islam yang dibalut dalam intelektual. Novel Sepasang Al Banna merupakan novel dwilogi. Sedangkan novel kedua berjudul Dilatasi Memori.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia 
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017

Thursday, October 5, 2017

Mencari Solusi dengan berMasterMind

October 05, 2017 4 Comments
Bunda apa sebelumnya sudah mendengar kata MasterMind? Atau sudah banyak yang mempraktekannya? Kata MasterMind sepertinya kata yang sangat asing, tapi sebenarnya sering bunda lakukan bersama keluarga walaupun masih sangat sederhana.

Apa itu MasterMind?
Mastermind dalam kamus kbbi, diartikan sebagai upaya perencanaan, penyusunan strategi dan proses membuat langkah strategi.

Mastermind sendiri merupakan sebuah konsep yang dipergunakan untuk berkumpulnya titik temu kemampuan memecahkan masalah dengan pemikiran beberapa orang yang sevisi, punya pandangan yang sama, dan bebas mencurah pendapat serta tidak ada figuritas didalamnya.

Kapan dilaksanakan MasterMind?

MasterMind dapat dikerjakan kapan saja dan di mana saja. Pelaksanaanya cukup sederhana. Kita diminta untuk membuat catatan aktivitas yang sudah dilakukan dan mengevaluasinya. Intinya bagaimana kita bisa mengevaluasi aktivitas yang terdahulu dan meningkatkan lagi kualitas diri sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan. Jika ini adalah MasterMind keluarga, maka ajaklah anak dan suami untuk berdiskusi tentang aktivitas yang akan dilakukan. Lakukan ini setiap minggu atau sesuai kebutuhan lalu evaluasi bersama. Hal ini mampu mempercepat persamaan suhu keluarga dam menciptakan bom dong family. Buatlah suasana sesantai mungkin agar tidak terkesan formal dan membosankan. Tantangan terberat saat kita melakukan MasterMind keluarga yakni kita dituntut untuk saling terbuka, melepaskan Blocking emosi, memberikan pendapat dan saling mengontrol.

Tujuan dari adanya MM keluarga ini adalah sebagai wadah mensupport, saling dukung antar anggota atas sebuah tantangan permasalahan yang sedang dihadapi, agar terbuka atas berbagi masukan yang konstruktif.



*ⓂasterⓂind* (dalam konteks Keluarga dan sebagai Ibu Profesional)
*Sharing - Kulwap di Grup Ibu Profesional Surabaya Raya 2*
Kamis 28 Sept 2017 - 13.00 wib Oleh Farda Semanggi
=====

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017

Monday, October 2, 2017

Sekelumit tentang Homeschooling

October 02, 2017 11 Comments
Siang, Bunda. Kali ini saya ingin membahas sedikit tentang homeschooling. Akhir-akhir ini homeschooling menjadi alternatif orang tua sebagai sarana belajar putra-putri mereka. Mengapa demikian? Banyak alasan yang menjadi pertimbangan mereka. Salah satunya adalah maraknya bullying yang sering terjadi di sekolah formal. Selain itu, tempat kerja yang sering berpindah-pindah juga menjadi alasan yang kuat. Belum lagi kurikulum yang begitu berat dan terlihat membebani anak-anak.

Tapi bukan berarti homeschooling lebih baik dari sekolah formal, pasti ada kelebihan dan kekurangan yang menyertai. Semuanya memiliki efek yang berbeda. Tinggal kita yang menentukan mana yang lebih baik untuk anak-anak kira.

Baiklah, kita lupakan sejenak tentang homeschooling vs sekolah formal. Sekarang saya ingin membahas apa itu homeschooling.

Homeschooling menurut wikipedia adalah metode pendidikan alternatif yang dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orangtua atau tutor pendamping, dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah negeri, sekolah swasta, atau di institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif.

Sedangkan menurut ahli Yesi Elsandra mengatakan bahwa Homeschooling adalah salah satu sarana pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan anak, dibutuhkan kreatifitas dan disiplin tinggi untuk menjalankan aktivitas belajar dalam HS.

Perlu bunda ingat, Homeschooling bukanlah suatu lembaga pendidikan, melainkan pembelajaran oleh orang tua atau tutor dan dilaksanakan di rumah. Hs juga bisa dilakukan di luar rumah seperti perpustakaan, taman dll seseuai kreativitas orang tua dan kebutuhan anak.

Saat ini, homeschooling sangat populer di Amerika Serikat, dengan persentase anak-anak 5-17 tahun yang diberikan homeschooling meningkat dari 1.7% pada 1999 menjadi 2.9% pada 2007.

Ada beberapa klasifikasi model homeschooling antara lain:
  • Homeschooling tunggal. Model ini dilaksanakna dalam satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya yang melakukan homeschooling terhadap anak-anaknya.
  • Homeschooling majemuk. Model ini dilaksanakan oleh beberapa keluarga dengan kegiatan-kegiatan tertentu juga kegiatan pokok dan kegiatannya tetap dilaksanakan di rumah masing-masing.
  • Komunitas homeschooling. Komunitas homeschooling adalah gabungan dari komunitas majemuk dan mereka menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, dan hal-hal lainnya.

Demikianlah sekilas tentang Homeschooling. Sekali lagi saya menekankan bahwa tidak ada sarana pendidikan yang seratus persen positif.  Baik Homeschooling atau public school atau sekolah umum pasti memiliki plus dan minus. Tinggal kita sebagai orang tua yang harus peka dengan apa yang dibutuhkan anak.  Yuks menjadi orang tua peka yang mampu menjaga amanah Allah SWT.

Ditunggu jejak dan komennya ya bunda. Boleg sharing di kolom komentar.
Because Sharing is Caring

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia.


Refrensi

Nak, kita titipkan sejarah padamu

October 02, 2017 5 Comments
Seminggu terakhir ini negara kita sedang dihebohkan oleh penayangan kembali film dokumenter G30SPKI. Film yang sejak tahun 1986 M tidak boleh lagi ditayangkan, kini diperintahkan oleh panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk ditayangkan kembali. Apa alasan yang melatarbelakangi perintah tersebut? Dikutip dari kompas.com tanggal 19 September 2017 Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan maksud intruksinya terkait pemutaran film G30S-PKI. Gatot beralasan ingin mengajak bangsa Indonesia untuk tidak melupakan sejarah kelam dan mencegah terulang kembali kekelaman tersebut.

"Tujuannya adalah bukan untuk mendiskreditkan, tetapi peristiwa tersebut agar diketahui generasi muda, agar kita tidak terprovokasi lagi, terpecah-pecah lagi. Kalau kita tidak ingatkan, dalam kondisi seperti ini, orang tidak tahu bahwa ada gerakan-gerakan yang mengadu domba,” kata Gatot Nurmantyo.

Perintah tersebut tidak luput dari pro dan kontra masyarakat. Tapi Gatot tetap bersikukuh dengan perintahnya. Hingga akhirnya tanggal 30 dan 31 September 2017 serentak  film G30SPKI diputarkan oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

Tapi ada yang disayangkan dalam pemutaran serentak tersebut. Film dengan gendre Historical Horror ini tidak mengenal batasan usia. Siapapun boleh menontonnya karena memang ditayangkan di tempat terbuka. Namun dilihat dari adegan yang dimunculkan film tersebut tidak cocok untuk anak usia dini kecuali dengan pendampingan. Dikhawatirkan mereka belum mampu memilah dan memahami maksud adegan tersebut.

Terlepas dari itu semua, penayangan film sejarah ini sangat bagus untuk generasi penerus bangsa. Hal ini dapat memupuk rasa solidaritas dan cinta negara yang mulai menurun. Selain itu, sejarah mampu menguatkan karakter nasionalisme dan tidak mudah terprovokasi melalui pesan-pesan yang tersembunyi di dalamnya. Sangat cocok untuk generasi muda yang sifatnya enggan dinasehati secara langsung.

Semua elemen pemerintahan, bahkan presiden juga mendukung kegiatan tersebut. Semua ini tak lain adalah upaya pemerintah untuk menitipkan sejarah pada generasi penerus bangsa dan berharap generasi kita mampu meniru karakter positif para pahlawan. Tidak hanya sejarah G30SPKI saja, tapi semua sejarah yang ada di negeri Indonesia tercinta. Karena sejarahlah negara kita masih berdiri.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia 
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017

Saturday, September 23, 2017

Yuks, menjadi orang tua cerdas di era digital

September 23, 2017 0 Comments
Menjadi orang tua di era digital emang gampang-gampang susah ya bunda. Banyak sekali kemudahan yang bisa di manfaatkan, seperti media sosial, televisi, online shopping bahkan transportasi berbasis online. Tapi, dibalik kemudahan yang di sediakan, tahukah bunda ada bahaya yang mengintai jika kita tidak cerdas memanfaatkannya? Apalagi untuk si kecil yang belum bisa memilah mana yang bisa dikonsumsi atau tidak. Maka dari itu, menjadi orang tua cerdas bukan lagi kemampuan yang bisa dimiliki orang tua digital. Tapi suatu keharusan!!!

Mari kita flash back kejadian yang akhir-akhir ini sangat mengancam keluarga kita akibat kecanggihan teknologi. Pertama kasus pedofilia, kasus yang satu ini  sungguh membuat kita sebagai orang tua sangat resah. Bagaimana tidak? Keselamatan anak kita menjadi incaran para pelaku yang tidak bertanggung jawab. Korban pedofilia yang notabennya adalah anak-anak mempunyai efek yang sangat panjang. Mereka akan mengalami trauma psikis dan fisik. Treatment yang digunakan pun tidaklah mudah, butuh perjuangan yang luar biasa.

Kasus kedua adalah narkoba. Kasus yang sampai saat ini belum juga mendapatkan solusi. Saat ini sasaran pelaku bukan lagi orang dewasa melainkan anak-anak. Mereka mencampurkan nakotika ke dalam bahan makanan ringan bahkan mainan anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan kecanduan dan kerusakan pada otak. Dan ini sangat berbahaya! Belum lagi kasus pelelangan perawan yang saat ini sangat marak dibicarakan.

Kalau kita simak satu persatu kasus di atas, para pelaku adalah mereka yang melek teknologi, mereka yang memanfaatkan kecanggihan digital. Jangan bunda kira mereka adalah orang-orang bodoh yang hanya memanfaatkan kesempatan? Bukan!!! Mereka adalah cendekiawan yang memanfaatkan kelalaian kita sebagai orang tua. Lalu apa yang harus kita lakukan? Yuks simak beberapa tips agar menjadi orang tua cerdas di era digital.
  1. Melek teknologi
Jika mereka pelaku kejahatan adalah orang yang peduli pada kecanggihan teknologi, kita sebagai orang tua juga harus demikian. Salah satu kegunaannya adalah untuk bisa menyeimbangi anak-anak kita, terutama dalam media sosial. Jadilah salah satu teman di antara ribuan teman dunia mayanya. Tetaplah menjadi pengamat tanpa harus mengintervensi.
  1. Bershabatlah dengan anak
Sudahkah kita memeluknya hari ini? Jika belum sama sekali, mulai saat ini dan seterusnya peluklah mereka, ciumlah mereka, jadikanlah kita sebagai tempat paling nyaman untuk mereka pulang. Karena dengan begitu mereka tidak akan mencari orang lain untuk mendapatkan perhatian.
  1. Haus ilmu parenting
Di era digital tidaklah susah mendapatkan ilmu parenting. Begitu banyak kuliah online, webinar dll yang bisa dimanfaatkan untuk mencari ilmu dan mengupgrade diri.
  1. Kuatkan prinsip dasar pada anak
Sebagai umat beragama pastilah kita memiliki prinsip-prinsip dasar yang harus ditanamkan pada diri. Itulah yang harus dikuatkan pada anak sejak ini. Jangan biarkan anak meraba-meraba apakah ini boleh atau tidak. Karena mereka belum mampu untuk berpikir abstrak. Maka dari itu, beri mereka kejelasan atas prinsip dasar yang harus dilaksanakan atau dihindari.

Itulah tips dari saya, bunda sangat boleh menambahkan tips jitu lainnya. Karena sejatinya kita adalah saling melengkapi.  Selamat mencoba dan mari berbenah diri.
Oh iya satu lagi dari saya “Janganlah kita terlalu sibuk dengan ambisi kita dengan mengatas namakan anak-anak.”
Sekian dari saya jangan lupa follow dan komen ya!!!
Semoga bermanfaat.