Saturday, February 24, 2018

Masih Tentang Gaya Belajar Dominan

February 24, 2018 0 Comments



Setelah mengerjakan tantangan 10 hari kuliah bunda sayang iip,  ternyata banyak sekali stimulasi yang belum saya lakukan secara maksimal.  jadi,  selama ini saya beramsumsi bahwa gaya belajar Mas Daffa adalah tipe visual. Padahal jika bisa dimaksimalkan mungkin tipe kinestetik akan lebih banyak menonjol dari kedua tipe yang lain.  Walau pada dasarnya di usianya menjelang  tiga tahun belum cukup untuk memastikan gaya belajarnya. Karena anak di usia kurang dari tiga tahun panca indranya masih brlum maksimal.  Bisa jadi gaya kinestetik yang dia lakukan sekarang karena memang energinya yang besar.  Atau gaya auditori yang muncul karena motorik halusnya belim sempurna.  Maka dari itu kenapa anak usia di bawah tiga tahun belum bisa dipastikan gaya belajarnya.

Dari diskusi grup WA ada yang mengatakan bahwa tidak seharusnya orang tua memetakan gaya belajar anak karena hal tersebut akan menjadi limiting belief.  Artinya orang tua malah beranggapan jika anaknya akan tidak belajar jika tidak menggunakan stimulasi dengan gaya belajar dominan.  Padahal itu kurang benar,  karena semua anak akan belajar dengan berbagai stimulasi.

Saya yang awam di dunia parenting jadi semakin bingung.  Akankah akan melanjutkan mencari gaya belajar dominan ataukah mengalir saja tanpa harus ada pengamatan?

Setelah mencari refensi dan merenung cie....  Merenung hahahaha akhirnya saya memastikan untuk terus mencari gaya belajar yang paling mudah buat Mas Daffa.  Tujuannya apa???  Untuk melihat dia lebih dalam lagi,  melihat kemampuan yang paling menonjol tapi tetap tidak menutup munculnya kemungkinan yang lain. Selain itu juga untuk mengenal gaya komunikasinya lebih cenderung apa?

Baca juga : 4 Gaya Komunikasi Yang Jarang diketahui!

Dengan begitu saja jadi paham jika kelak dia remaja, bagaimana cara masuk di dunianya.  Apalagi untuk anak cowok yang susah-susah gampang hehehe terkadang kalau saya terlalu ikut campur di usia remajanya malah tidak membuat dia mandiri. Tapi kalau sama sekali tidak ikut andil kok rasanya belum pas melepasnya.  Makanya,  susah-susah gampang kan?  Hehehe

#AliranRasa
#Gamelevel4
#GayabelajarAnak
#KuliahBunsayIIP


Friday, February 16, 2018

Belajar Gaya Belajar Anak (Day10)

February 16, 2018 0 Comments
Selamat sore yang mendung, Bunda...  Sore ini mendung,  semendung Mas Daffa yang lagi meler (batpil). Tapi walaupun lagi kurang fit aktifitas bermain tetep lanjut hehehe

Sebagian orang tua tidak mengizinkan anak lelakikinya bermain boneka atau masak-masakan. Salah satu alasannya karena bukan permainan yang sesuai dengan gender. Tapi saya rasa tidak harus saklek juga,  selama permainan itu bermanfaat dan sebagai media pembelajaran, kenapa tidak?  Contohnya begini,  anak lelaki yang main teko isi air tidak ada masalah menurut saya,  karena dia sedang berlatih attention dan motorik halus.  Atau mereka bermain gula dan garam untuk belajar mengenal rasa.  Begitu juga dengan main boneka.  Kalau dia sedang belajar mengenal anggota tubuh ya nggak papa.  Kan tujuannya untuk mempermudah.

Sama kayak aktifitas Mas Daffa hari ini,  yakni bermain BONEKA.  Tujuannya mempermudah dia memepelajari anggota tubuh.  Kalau langsung ke wajahnya kan nggak kelihatan kalau belajar pakek wajah bundanya sudah biasa.  Sekarang ingin cari sensasi baru buat mengenalkan anggota tubuh.  Saya mau lihat,  apakah dia bisa menggeneralisasi anggota tubuh manusia dengan binatang.

#Day10
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip

Tuesday, February 13, 2018

Ini dia 4 Gaya Komunikasi Yang Jarang Diketahui!

February 13, 2018 1 Comments

Siang, Bunda....
Selamat hari Rabu,  tahu nggak ada apa di hari Rabu?  Ada saya dan mbak Atiqo hadir dalam kolaborasi blogging (semoga ini info penting ya hehehe)  Oh iya,  tema kali ini mencoba menjawab pertanyaan dari mbak Khusnul Fatimah, Malang. Saya lampirkan pertanyaannya juga ya.

Mbk, tentang tipe anak ada yg bisa ngobrol atau ngerespon pertanyaan sembari dia nonton atau main gadget (read:diajak ngobrol sembari main gadget) Sedangkan ada anak  no respon saat di tanya atau di ajak bicara sembari nonton atau main gadget, sampai ortu harus mengulang dgn nada tinggi untuk mengintruksi. Kadang ini juga terjadi pada org dewasa saat istirahat semua pada pegang hape salah seorang bisa sambil cerita/ngerespon sekitar walaupun sembari interaksi di dunia maya juga, sementara ada yg lain sgt fokus di hape sampe2 ndak ada respon di sekitar.
Jadi,  singkatnya begini, kok ada ya, mbak anak (dewasa) yang bisa tetap berkomunikasi walau dengan gadget,  ada juga yang hanya fokus gadget saja nggak bisa sambil berkomunikasi. Apasih yang membedakan?

Kami jawab sesuai kapasitas pengetahuan kami ya, Bunda. Semoga bisa menjawab pertanyaannya. Jangan lupa ini jawaban mama ketche mbak Atiqo.

Jadi gini,  setiap orang diciptakan berbeda, "every child is unique" jadi jangan heran jika respon dari setiap individu juga berbeda,  begitu juga dalam merespon informasi. Berikut  ini 4 gaya komunikasi yang harus diketahui agar tidak terjadi konflik. 

1.VISUAL
Orang Visual cenderung lebih dominan menggunakan penglihatan dalam menilai sesuatu. Visual biasanya berdiri atau duduk dengan kepala atau badan seiring dengan pandangan matanya Cenderung berpakaian rapi dan teratur. Lebih berorientasi pada penampilan. Mengingat dengan melihat gambar, dan “sering terganggu dengan kebisingan. Sering kesulitan mengingat instruksi secara verbal dan mudah bosan oleh penjelasan
verbal yang lama karena pikiran mereka cenderung mengembara. Mereka lebih senang membaca daripada dibacakan.”

Seorang Visual akan tertarik pada bagaimana program Anda TERLIHAT. Mereka cenderung menggunakan kata-kata seperti : sampai jumpa lagi, saya ingin melihatnya, focus ke hal itu, lihat, jelas, foggy, gambarkan, catat, tampilkan dll.

2.AUDITORY
Orang tipe Auditory sering menggerakkan mata mereka ke samping. Mereka bisa mengulang kembali banyak hal kepada Anda dengan mudah, mereka belajar dengan cara mendengarkan, dan biasanya suka musik dan bicara di telepon. Mereka mengingat melalui langka-langkah, prosedur dan urutan. “Seorang Auditory senang kalau diberitahu tentang cara mereka melakukan dan meresponnya dengan tone suara atau kalimat tertentu.” Mereka cenderung menggunakan kata-kata : dengar, berbicara kepada, berkata, berbicara dll.

3.KINESTETIK
Orang tipe Kinesthetic biasanya menarik nafas.Mereka sering bergerak dan berbicara sangaaaat pelaaan. Mereka biasanya memasukkan perasaan dan emosi mereka untuk mendapatkan rasa atas  apa yang mereka lakukan. Mereka merespon dengan fisik dan sentuhan. Biasa berdiri lebih dekat dibanding dengan orang “ visual “ dengan lawan bicara.

Mereka adalah orang yang sering berorientasi fisik, aktif bergerak, kadang tidak bisa diam. Mereka banyak bergerak dan mengingat dengan melakukan atau melewati sesuatu.Mereka biasanya menggunakan kata-kata: perasaan, bersentuhan, berpegangan.
Mereka mengingat dengan melakukan atau melewati sesuatu. Seorang Kinesthetic akan tertarik pada program Anda jika ”rasanya oke”, atau jika Anda bisa memberikan mereka sesuatu yang bisa mereka pegang.

4. AUDITORY DIGITAL
Orang tipe Auditory akan menghabiskan waktu dengan berbicara pada dirinya sendiri. Mereka ingin tahu kalau pogram Anda “masuk akal”. Orang Ad biasanya selalu berpikir rasional – dimanapun, apapun yang dia lihat, dengar dan rasakan akan di rasionalisasikan.

Orang tipe ini bisa menunjukkan beberapa karakteristik utama gaya komunikasi yang
lainnya ( Visual, Auditory, Kinestatik ) Kata-kata yang sering diucapkan : Pengalaman, mengerti, berpikir, dll


Dilihat dari empat gaya komunikasi di atas bisa dilihat bahwa orang yang bisa berkomunikasi sambil pegang gadget adalah mereka yang berkomunikasi dengan gaya Auditory, yaitu orang-orang yang lebih fokus pada pendengaran.  Jadi mereka tidak fokus pada gadget saja tapi mereka juga bisa mendengarkan. Sedangkan orang yang hanya fokus pada gadget cenderung berkomunikasi dengan gaya Visual. Terlihat dari ciri-cirinya yang sering terganggu dengan kebisingan. Sering kesulitan mengingat instruksi secara verbal.


Pada dasarnya perbedaan pola komunikasi pada kasus di atas tidak hanya karena perbedaan gaya komunikasi saja, tapi juga disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin.


Perbedaan gaya bahasa antara laki-laki dan wanita ini dipengaruhi oleh sistem kerja di dalam otak pria dan wanita yang berbeda. Dalam otak manusia terdapat berbagai macam jaringan saraf yang secara khusus menghubungkan bagian-bagian otak manusia. Termasuk menghubungkan bagian otak kiri dan otak kanan. Penghubung tersebut adalah kumpulan saraf (nama teknisnya adalah corpus callosum) dan wanita mempunyai hubungan saraf seperti ini 40% lebih banyak dari  pada laki-laki. Ini berarti bahwa wanita bisa menggunakan kedua sisi otaknya bersama-sama  pada waktu yang bersamaan, sementara pria harus berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain, tergantung apa yang mereka proses.

Oleh sebab itu, dapat mengerjakan beberapa hal sekaligus. Termasuk menggunakan gadget sambil berkomunikasi. Sedangkan pria cenderung lebih fokus kepada satu hal dan tidak dapat mengerjakannya secara bersamaan.

Demikian jawaban yang bisa kami sampaikan, semoga bisa menjawab pertanyaan Bunda, khususnya mbak Khusnul Fatimah. Terima Kasih 🙏🙏🙏


Referensi:
http://www.academia.edu/7667712/PERBEDAAN_GAYA_BAHASA_DALAM_KOMUNIKASI_ANTARA_PRIA_DAN_WANITA
E-Book-4-gaya-komunikasi-1.gofaztrack.com

Belajar Gaya Belajar Anak (day9)

February 13, 2018 0 Comments

Kalau kita mau jeli, begitu banyak gaya belajar yang bisa digunakan dalam mengajarkan satu konsep, salah satunya belajar berhitung. Belajar berhitung bisa dengan auditory yakni demgan bernyanyi atau berhitung manual.  Bisa juga dengan visual dwngan menggambar atau melalaui media digital seperti yang kemarin saya dan Mas Daffa lakukan.  Kali ini mencoba belajar berhitung dengan gaya kinestetik.

Belajar berhitung dengan gaya kinestetik kali ini dengan bantuan kancing.  Mas Daffa berhitung sambil menyusun kancing. Setelah disusun mencoba dihitung lagi agar lebih paham.  Tapi sepertinya ini masih terlalu sulit bagi dia untuk memahami konsep angka.  Biasanya dia hanya bisa berhitung secara berurutan.  Belum juga selesai berhitungnya dia sudah pergi duluan,  padahal biasanya dia suka sekali dengan mainan baru.

Betul sekali pendapat Montessorian.  Permainan yang tidak akan bertahan lama jika permainan itu terlalu mudah atau terlalu sulit.  Memang sih,  mengajarkannya berhitung bukan menjadi fokus utama di usianya yang ke 2y,  6m. Belajar berhitung hanya sebagai pengenalan saja,  dan tugas saya memberikannya metode yanh sesuai dengan usianya.

#harike9
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip


Saturday, February 10, 2018

Belajar Gaya Belajar Anak (Day8)

February 10, 2018 0 Comments

Hari ini saya mencoba mencari ide belajar dengan gaya auditori. Selama ini saya lebih banyak melatih dengan gaya kinestetik maupun visual.  Seperti biasa tadi siang kami berkunjung ke rumah tante. Setelah melihat dan kejar-kejaran sama ayam akhirnya dia istirahat di dalam. Tapi emang ni anak energinya masih banyak dia lari ke depan dan mengambil keset. Saya tidak tau pasti apa maksud dia mengambil keset itu.  Dia letakkan depan pintu dan berdiri di atas keset. Tiba-tiba dapat ide untuk instruksi lompat ke macam-macam gambar buah di keset.
Daffa,  ayo lompat ke nanas. 
Dia sangat antusias sekali, matanya berbinar dan senyumnya itu lo bikin gemes. Seneng banget rasanya lihat dia seceria ini.  Selain main lompat-lompatan mas daffa juga main lempar bola.  Dia seneng sekali kelihatannya.  Terus begini ya, Nak! Nikmtilah setiap sesi dalam kehidupanmu.

Belajar Gaya Belajar Anak (Day7)

February 10, 2018 0 Comments
Malam, Bunda....
Ada kabar gembira, hari ini saya dan Mas Daffa pulang kampung yey...  Ada hal yang paling ditunggu mas daffa kalau udah di Madura,  yakni sekolah alias nimbrung kakak-kakak yang lagi sekolah hahaha. Maaf ya cikgu,  semoga kehadiran mas daffa tidak mengganggu proses belajar mengajar di kelas.

Tepat sekali pagi tadi pelajaran di TK adalah berhitung dan membaca dengan gaya belajar visual.  Guru memberikan sebuah video mengenal huruf dan angka lengkap dengan latihannya. Jadi,  satu persatu diminta menjawab sesuai latihan yang muncul di gadget. Tampak sekali semua murid sangat antusias, mungkin karena otak kanan mereka yang lebih dominan jadinya lebih tertarik dengan gaya belajar visual seperti ini.

Terus mas daffa kebagian apa?

Kebagian pegang gadgetnya hahaha setelah semua selesai menjawab sekarang giliran mas daffa yang dapat arahan langsung dari cikgu. Dia dengan antusias mendengarkan arahan. Setelah itu sangat bisa ditebak apa yang terjadi. Gadget sudah beralih kekuasaan hahaha maaf ya cikgu,  untungnya waktu istirahat sudah tiba jadi pores belajar mengajar terhenti.

Mas Daffa terlihat sangat antusias, dia mulai menebak satu persatu pertanyaan secara mandiri. Apalagi saat pertanyaan warna dan binatang, semua dia babat habis. Alhamdulillah... Tapi giliran angka dan abjad dia masih belum bisa, hanya angka satu dan huruf A yang paling dia bisa.  Nggak papalah,  nanti juga bisa dan sekarang saya juga tidak terlalu terburu-buru. Selain pengenalan angka,  di apliasi anak cerdas yang dipakai cikgu ini juga dikenalkan tentang suara binatang.  Jadi selain gaya belajar visual ada auditorinya juga. Bolehlah di Download buat belajar mas daffa di rumah. Terima kasih cikgu 😍

#harike7
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip

Belajar Gaya Belajar Anak (Day6)

February 10, 2018 0 Comments

Jujur sampai saat ini saya belum bisa melepaskan mas daffa dari gadget.  Beberapa permainan yang sudah dilaksanakan ternyata tidak membuat dia "lupa" pada alat canggih ini. Permainan-permainan itu hanya sukses membuat dia teralihkan dalam waktu tertentu, bukan lupa! Jadilah saya muter otak untuk mencari pembenaran hehehe

Pembenaran pertama saya ambil dari makalah Sayyidina Ali yang artinya kurang lebih begini
Didiklah anakmu sesuai zamannya. Karena mereka hidup di zamannya bukan zamanmu
Kedua adalah pemaparan dari tokoh parenting, Munif Chatib di suara muslim surabaya tentang menangani kecanduan gadget pada anak tanggal 17 desember 2017.  Beliau mengatakan bahwa penggunaan gadget itu boleh asal di buatkan frame time agar tidak berlebihan. Gadget hanyalah alat bantu, jika anak tidak pakai gadget sama sekali dikhawatirkan mereka akan ketinggalan manfaat yang di tawarkan gadget.

Dari dua pemaparan di atas itulah kenapa saya tidak benar-benat gadgetless parenting. Apalagi zaman sekarang serba digital,  kalau saya sama sekali tidak mengenalkannya berayi saya tidak mendidiknya sesuai zamannya. Tapi yang jadi PR besar buat saya adalah membuat frime time yang tepat,  soalnya sering kebablas heehee

Tema hari ini adalah menirukan gaya karena beberapa hari terakhir ini mas daffa menunjukkan ketertarikan dengan menirukan gaya alias berjoget suka-suka. Berawal dari nyanyian upin-ipin dan berlanjut pada semua musik yang dia suka.

Karena mas daffa sudah "canggih" mencari icon yout tube dan memutarnya sendiri. Jadi saya hanya melihatnya dari depan. Setelah menemukan yang pas mulailah dia beraksi.  Goyang kanan goyang kiri hahaha. 

Sampai  saat ini terlihat gaya belajar visual masih menjadi gaya belajar dominan.  Tapi saya tidak mau terlalu dini mengambil keputusan karena usianya masih 2,5 tahun.  Masih banyak waktu untuk terus mengobservasi dan menstimulus setiap indaranya

#harike6
#tantangan10hari
#gamelvel4
#Gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip

Belajar Gaya Belajar Anak (Day5)

February 10, 2018 0 Comments

Masih dengan tema balon, entah emaknya yang kurang inisiatif apa anaknya yang betah main balon hehehe tapi sekarang permainannya lebih variatif. Selain main sepak balon dan tangkap lempar balon sekarang permainannya lebih kreatif,  ada balon tangkis dan perang balon.

Balon tangkis itu seperti bermain bulu tangkis tapi koknya pakai balon. Untuk permainan ini mas daffa lumayan bisa lebih fokus dan bisa melemoarnya sama raket.  Biasanya kalau pakai bola brlum bisa pas,  mungkin karena balon lebih ringan jadinya kalau jatuh pelan-pelan.

Permainan perang balon ini paling awet dibandingkan dengan permainan yang lain. Caranya saya dan mas daffa pegang masing-masing dua balon. Setelah itu, kami main perang-perangan pakai balon.  Siapa yang balonnya jatuh duluan itu yang kalah. Hehehe kalau sudah main ini bisa betah banget sambil ketawa-ketawa.  Keliatan banget kalau dia suka aktivitas getak yang dilakukan bersama. 

Setelah capek main balon,  sekrang pindah mainan binatang. Awalnya bermain peran habis itu bikin binatangnya minta gendong.  Lucu banget kalau ingat dia bilang
Bunda,  liat binatangnya gendong. 
Energinya yang kuat memang sangat cocok untuk belajar gaya kinetetik. Bener-bemer gak mau berhenti. Tapi kalau sudah capek dan liat hp jadilah drama dimulai.

#hari_ke5
#tantangan10hari
#gamelevel4
#Belajargayabelajaranak
#Kuliahbunsayiip

Friday, February 9, 2018

Belajar Gaya Belajar Anak (Day4)

February 09, 2018 0 Comments

Assalamualaikum, bunda...
Malam ini, di Sidoarjo lagi mati lampu untungnya hanya sebentar. Nggak kebayang kalau lampu mati,  hujan deras lengkap dengan angin dan petirnya semaleman.  Oh iya malah di komplek paling depan ada yang listriknya kesambar petir,  astagfirullah semoga semuanya tetap dilindungi Allah SWT.  Amin...

Seperti biasa saat mati lampu saya dan suami menyalakan lilin sebagai penerangan, karena memang belum ada lampu padam. Beberapa menit kemudian untunglah lampu menyala jadi kami tidak harus semalam menggunakan lilin dan tidur tanpa kipas amgin.  Kebayang dulu mati lampu terus mas daffa rewel karena kepanasan.

Setelah lampu menyala, mas daffa langsung minta lilin yang tadi kami nyalakan. Dia minta untuk menyalakan kembali dan meniupnya. Ternyata dia masih ingat saat dulu kami bermain meniup untuk melatih motorik oralnya.  Meniup lilin sama manfaatnya dengan meniup balon, hanya saja yang ini lebih mudah.

Selesai bermain lilin kembali lagi dengan perhelatan balon. Dia meminta saya mengikat 5 balonnya menjadi satu, jadilah seperti gambar.  Setelah di ikat dia meletakkannya di pojok rumah.  Mungkin maksudnya karena sudah malam balonnya di ikat biar nggak berantakan.  Pinternya kamu,  Nak.  Semoga menjadi anak sholeh,  Amin...

Dilihat dari permainan hari ini masih bertahan dengan gaya kolaborasi visual-kinestetik.  Dia belajar dengan melihat saya meniup lilin dan mengikat balon.

#Hari_ke_4
#Tabtangan10hari
#gamelevel4
#belajargayabelajaranak
#kuliahbunsayiip


Belajar Gaya Belajar Anak (Day3)

February 09, 2018 0 Comments


Pagi,  Bunda....
Gaya belajar hari ini seputar balon. Yey.. Mulai dari belajar meniup,  lempar tangkap sampai main sepak balon hehehe

Awalnya permainan balon ini nggak sengaja dan bukan bagian dari perencanaan. Tadi pagi saya dan mas  daffa ke toko buat beli jajan. Eh,  ternyata mas daffa malah memilih balon. Ya sudahlah sekalian mau lihat apa yang akan dia pelajari dari sebuah balon.

Setelah sampai di rumah,  mas daffa minta ayahnya meniup balon.  Sambil melihat cara meniup, dia juga menirukan dengan balon yang berbeda.  Sepertinya dia sedang belajar dengan gaya kolaborasi visual dan kinestetik. Dia melihat bagaimana cara meniup dan mempraktekkannya. Karena dia belum cukup kuat  meniup sendiri akhirnya minta saya untuk meniupkan.

Setelah semuanya ditiup, maka dimulailah perhelatan perbalonan #halah bahasa apa ini hehehe. Semua permainan ini murni inisiatif dia sendiri, salah satunya permainan lempar tangkap balon. Saya duduk di depannya sejauh setengah meter. Setelah instruksi lempar dia lempar balonnya,  kalau saya intruksi tangkap dia masih mengitung dulu sampai sepuluh baru tangannya bersiap menangkap balon. Permainan ini berhasil terlaksana dalam waktu lama dan tidak terdistrak dengan gadget 😍

Permainan kedua sepak balon. Permainan ini sama seperti sepak bola, hanya saja bolanya diganti balon, makanya dikasi nama sepak balon hehehe. Kalau yang ini dia main sendirian,  saya cuma lihat dari jauh. Setelah permainan sepak balon ada lagi yang lebih ekstrim! Duduk di atad balon (yang ini saya nggak sempat foto saking takut balonnya meletus).

Oh iya,  salah satu manfaat meniup balon adalah menguatkan motorik oral. Ini sangat berguna untuk melatih artikulasi mas daffa yang belum jelas, serta melatih kekuatan suara agar lebih nyaring.

#hari_ke3
#tantangan10hari
#gamelevel4
#BelajarGayaBelajar
#KuliahBunSayIIP

Wednesday, February 7, 2018

Bagaimana Menyikapi Kesalahan Masa Lalu Dalam Mendidik Anak?

February 07, 2018 2 Comments


Assalamualaikum, pagi,  Bunda...
Maaf ya,  lagi-lagi telat posting karena ada sesuatu yang harus diselesaikan terlebih dahulu hehehe (semoga ini bukan alasan ya 😅) Kolaborasi bareng mbak Atiqo minggu pertama di Februari ini mencoba mengambil tantangan untuk membuka pertanyaan yang akan kami jadikan tema setiap kolaborasi.  Semoga jawaban kami bisa membantu menjawab pertanyaan bunda ya. Karena sebenarnya kami juga dalam proses perbaikan diri. Kali ini memncoba menjawab pertanyaan dari mbak Putri,  semoga membantu ya mbak Putri. Untuk pertanyaaan lengkap dengan jawabannya bisa dilihat di blog mbak atiqo  di sini.. 

Bunda,  sebenarnya tidak ada yang salah dan terlambat dalam proses memperbaiki diri dan mengupgrade ilmu. Yang salah itu,  kalau kita tahu itu salah, tapi enggak mau memperbaiki kesalahan,  khususnya dalam mendidik anak.  Lalu apa yang harus kita lakukan?

Pertama yang harus kita lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri, mengakui kesalahan diri dan memaafkan. Tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini,  yang ada adalah ibu yang selalu berproses lebih baik lagi.  Jangan pernah terbebani untuk selalu sempurna di segala hal,  karena akan memicu stress lalu menjadikan diri kita tidak produktif. Jangan lupa untuk menjalani hidup dengan bahagia.

Kedua minta maaflah pada kakak,  karena kesalahan kita ada pribadinya yang perlu diperbaiki. Benar kata mba Atiqo,  meminta maaf pada kakak (anak pertama)  tidak akan mengurangi kewibawaan dan kasih sayang kita. Hal ini juga sekaligus mengajarkan pada kakak kalau kita salah jangan malu untuk meminta maaf. Terus sounding dia ketika akan tidur atau bangun tidur dengan kata-kata positif.  Ini akan membantu mempengaruhi alam bawah sadar dia untuk menjadi lebih baik dan memaafkan kita.

Ketiga,  jangan ulangi kesalahan yang sama dan harus konsisten. Ini berlaku untuk seluruh anggota keluarga, baik kita sebagai orang tua, kakak dan adik. Contohnya kalau sudah di tetapkan tidak boleh bermain gadget lebih dari satu jam, maka itu berlaku untuk kakak, adik dan kita.  (Kecuali kalau kita harus pegang gadget karena suatu hal yang mendesak, sampaikanlah pada anak-anak.) Jangan sampai ada bahasa "Kakak kok boleh sih,  Bun?". Jadi sebelum pertanyaan si kecil muncul,  sampaikanlah pada kakak "Kak, maafkan bunda ya,  ternyata lihat hp terlalu lama itu enggak baik buat kakak. Yuk main sama adik aja pasti lebih seru!"

Keempat, ayo terus berproses lebih baik!  Penuhi kekosongan kakak selama kita melakukan kesalahan, tidak ada kata terlambat. Seperti memberikannya teladan dan menceritakan kisah-kisah inspiratif. Jalankanlah mereka sesuai fitrahnya, contohnya ketika anak usia 0-7 tahun fitrah mereka adalah fitrah keimanan,  usia 7-12 tahun fitrah belajar dsb.  Sambil melakukan perbaikan pada kakak sekalian juga jalan bareng sama adiknya. Yakinlah,  tidak ada usaha yang sia-sia.

Lalu,  bagaimana jika lingkungan sekitar kita yang kurang mendukung?

Benar sekali,  lingkungan kita sangatlah berpengaruh pada dinamika kehidupan dalam keluarga.  Makanya,  tidak salah jika seorangokoh parenting mengatakan
Butuh orang sekampung untuk mendidik satu anak
Maksudnya,  betapa lingkungan sangatlah berpengaruh pada anak kita. Tapi, jika lingkungan kita tidak satu visi misi jangan lantas menyalahkan lingkungan. Yang bisa lakukan adalah menguatkan keluarga kita agar pengaruh negatif tidak bisa mempengaruhi apapun pada abak.  Selalu berikan teladan yang baik, berikan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dan berikan alasan sesuai usianya. Sibukkan anak kita dengan hal-hal positif di rumah,  membaca buku teladan, bermain dan belajar.

Sekian dari kami,  semua yang kita paparkan adalah sebatas yang kami mampu.

 Semoga bermanfaat 😍😍😍

Friday, February 2, 2018

Belajar Gaya Belajar Anak (Day2)

February 02, 2018 0 Comments


Hari ini saya mencoba memberikan stimulus gaya belajar kinestetik dengan ban motor dan naik sepeda. Sebelum menjelaskan secara rinci bagaimana proses belajar sambil bermain saya dan mas daffa, yuk lihat berikut ini adalah ciri-ciri pembelajar kinstetik sesuai dengan materi yang di sampaikan di WAG bunda sayang#3
  1. Berbicara perlahan
  2. Penampilan rapi
  3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
  4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
  5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
  6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
  7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
  8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
  9. Menyukai permainan yang menyibukkan
  10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
  11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
Indikator yang ingin saya lihat dari game ini  (dan yang akan datang)  adalah seberapa lama dia bertahan (fokus) dalam satu permainan,  seberapa berbinar matanya ketika saya mengajaknya bermain, seberapa mudah dia memahami dan enjoy serta yang terakhir bisa enggak permainan itu mengalihkannya dari gadget. 

Pertama kami bermian ban motor, inisiatif permainan ini muncul dari dia sendiri. Dia gelindingkan bannya beberapa kali. Di depan, ayahnya mencoba menagkap dan menggelindingkannya lagi ke arah mas daffa.  Setelah itu saya coba arahkan dia untuk memasukkan ban ke  galon. Itung-itung sambil melatih fokusnya hehe


Setelah bosan denga memasukkan ban,  dia beralih pada sepeda. Saat ini mas daffa belum bisa naik sepeda roda 3. Tidak hanya itu,  dia juga belum bisa naik ke sepedanya sendiri. Tak apalah,  lain waktu pasti akan lebih berani lagi. Setelah naik,  mas daffa minta bundanya dorong hahaha bolehlah sambil olahraga.  Sambil mengelilingi teras dalam rumah,  dia mencoba menyebutkan beberapa huruf yang dia lihat di dinding sambil tangannya menunjuk ke arah huruf tadi. 



Karena waktu sudah menunjukkan angka 22.15 WIB sudah waktunya mas daffa bobok. Alhamdulillah sekian dulu belajar gaya belajar sama mas  daffa.

Oh iya dari stimulus tadi, gaya belajar kinestetiknya terlihat dari
1. Menunjuk ketika membaca
2. Bertahan lama saat bermain yang menggerakkan anggota badan
3. Tidak teralihkan oleh gadget

#Harike2
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak