Seperti yang tadi sore terjadi, Daffa menumpahkan kue ke lantai dan memakannya. Tidak hanya itu, kue itu dilempar sehingga hampir memenuhi ruang keluarga. Sontak saya langsung memegang tangannya dan menatapnya lekat. Ini bukan masalah tentang rumah yang berantakan, tapi lebih ke attitude yang harus di ajarkan sejak dini. Saat itu saya memegang tangannya dan menatapnya sambil memberikan pengertian.
Bunda: "Sayang, kuenya di masukkan lagi ya, kalau kotor nanti Daffa takut sakit perut." Tanganku memegang perutnya. Awalnya dia tidak mau menatap saya dan berusaha melepaskan tangannya.
Bunda: "Nak, lihat bunda. Yuks di beresin, bunda bantu ya." Setelah sukses mengambil kontak matanya saya memasukkan kue ke dalam toples sambil berhitung. Dia tetap bergeming. Sekali dua kali masih belum berhasil tapi Alhamdulillah akhirnya dia mau memasukkan kue ke dalam toples walau tidak semuanya. Tapi ini harus tetap di apresiasi.
Bunda:"Wah, hebat! Yuks masukkan lagi." Dia memasukkan sekali lagi, setelah itu dia beralih pada buku disampingnya.
Yang saya garis bawahi di sini adalah gaya berkomunikasi anak sangat jauh berbeda dengan gaya berkomunikasi orang dewasa. Butuh body language dan penekanan terhadap solusi. Kenapa demikian? Karena saat mereka belum mampu mencerna bahasa kita mereka bisa melihatnya dari body language kita tentang apa yang harus dia lakukan.
Demikian dari saya,
Salam Ibu Pembelajar!!
#tantangan10Hari
#GameLevel1
#Day1
#InstitutIbuProfesional
#KuliahBunSayIIP
#KomunikasiProduktif
No comments:
Post a Comment