Hai, Bunda. Pasti dong enggak asing lagi sama metode punishment dan reward kan? Terus jika kita mengaplikasikannya pada balita yang pada hakikatnya belum bisa berpikir konkriapakah bisa efektif?
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun. Menurut Piaget, seorang tokoh psikologi kognitif menjelaskan bahwa tahap perkembangan kognitif balita yakni tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
- Self counter nya sangat menonjol.
- Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
- Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
- Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
- Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
- Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
- Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
- Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya.
Punishment berasal dari bahasa inggris yang bartinya hukuman. Secara lengkap bisa diartikan sebagai konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Sedangkan reward atau reinforcement adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Singkatnya punishment digunakan untuk menurunkan perilaku yang dianggap kurang baik contohnya ibu mengurangi jam nonton tv karena anaknya bangun kesiangan. Sedangkan reward digunakan untuk mempertahankan perilaku positif, contohnya sang Ibu memberikan sarapan favorit saat anak bisa bangun pagi dengan bahagia.
Perkembangan kognitif pada balita sangat terbantu dengan adanya contoh konkrit, atau lebih bisa kita kenal dengan keteladanan. Jadi bagaimana agar reward dan punishment bisa efektif di aplikasikan pada balita? Berikut ini beberapa tips agar metode tersebut bisa berjalan dan sesuai dengan fungsinya.
- Jadilah orang tua yang bisa menjadi teladan yang baik buat anak. Ini adalah pokok yang harua dilakukan orang tua sebelum melaksanakan punishment dan reward. Apalagi untuk balita yang masa perkembangannya sangat tergantung dari lingkungannya.
- Berilah batasan pasti tentang prilaku yang salah dan benar. Jangan sampai abu-abu mengajarkan pada anak karena dia belum bisa memutuskan dan memilah sendiri apa yang bemar atau salah.
- Berikanlah respon punishment atau reward saat itu juga atau setelah perilaku itu dilakukan. Jangan sampai menunda sampai ada perilaku lain baru memberikan respon. Hal ini bisa membingungkan anak, perilaku yang manakah yang mendapatkan reward.
- Jangan berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan itu kurang baik.
- Berikanlah reward yang eksklusif, maksudnya berikanlah reward tersebut jika hanya anak berbuat baik. Tujuannya agar mereka tidak bosan dan termotivasi.
- Jangan sampai pemberian punishment malah membuat mereka trauma. Hindari kekerasan fisik dan psikis.
Demikianlah tips dari saya, semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment