Friday, October 6, 2017

Dilatasi Memori -Review Book Parenting Fiction Version Part 2

October 06, 2017 4 Comments
Judul          :Dilatasi memori
Pengarang :Ari Nur
Penerbit.    :PT Mizan Publika, 2008
ISBN.          :6028236039, 9786028236034
Tebal          :240 halaman

Pagi mak, masih inget bulan lalu saya review novel karya Ari Nur dengan judulnya Diorama Sepasang Albanna? Kok rasanya gak adil kalau saya tidak mereview skuel dari novel tersebut,  Dilatasi Memori.

Novel karya Ari Nur yang satu ini sukses membuat saya begadang semalaman walaupun dulu sudah pernah baca. Jika Diorama sepasang Albanna yang bercerita tentang konflik sebelum menikah, maka Dilatasi memori bercerita tentang kisah rumah tangga Rani dan Ryan.

Saya suka dengan gaya penceritaan pengarang yang menceritakan konflik rumah tangga pada umumnya tanpa terasa membosankan. Sifat Ryan yang perfeksionis dan Rani yang bijaksana tapi sedikit childish membuat cerita ini hidup. Perbedaan pendapat keduanya yang tidak bisa dihindari mampu membuat novel ini terasa nyata. Bukankah membina rumah tangga itu adalah menyeimbangkan dua kepala yang berbeda? Apalagi saat mereka berbeda pendapat tentang pendidikan anaknya rifki. Mereka mampu menyelesaikan masalah tanpa harus saling menyalahkan tapi dengan instropeksi.

Selain itu, pengarang mampu menghadirkan konflik yang sering terjadi di usia 5 tahun pernikahan, apalagi kalau bukan pelakor? Konflik yang baru-baru ini menjadi booming. Ryan yang dipertemukan kembali dengan Dea, mantan terindahnya di saat Rani mengerjakan project besar. Serta kehadiran Galih yang tiba-tiba muncul dan meyakinkan Rani akan lebih bahagia dengannya. Di sini saya tidak suka dengan cara Rani yang terlalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Sangat bertolak belakang dengan latar belakang basik Rani yang paham agama.

Dwilogi Novel ini sangat cocok dibaca oleh kaula muda yang ingin menikah atau pengantin baru sebagai referensi buku. Novel ini sangat komplit menjelaskan permasalahan umum yang terja di rumah tangga lengkap dengan solusinya. Salah satunya tentang parenting, dakwah, intropeksi diri bahkan permasalah dengan orang ketiga.

Sebesar dan seindah apapun masa lalu kita, akan menjadi tidak penting jika kita sedang berada di masa ini. Lupakan, ikhlaskan dan jadikan pelajaran.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia 
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017


Diorama sepasang Al Banna. Review book Parenting (Fiction Version) Part 1

October 06, 2017 1 Comments
Judul : Diorama Sepasang Al Banna
Pengarang : Ari Nur
Genre : Romance Religi

Kali ini saya ingin mereview buku favorit saya saat di Madrasah Aliyah. Diaroma Sepasang Al Banna. Walaupun sudah lama membacanya, tapi buku ini sangat berkesan bagi saya. Sampai membuat saya sempat berpikir ingin memiliki suami seorang arsitek. Gaya penceritaan yang mudah dimengerti dan menarik membuat pembaca enggan untuk berhenti. Buku yang di terbitkan oleh PT. MIZAN PUBLIKA 2008 ini bercerita tentang pencarian cinta sejati. Dimana Ryan sang arsitektur muda ingin menikah tanpa pacaran. Lelaki yang telah menghafal 10 Juz Al Quran itu akhirnya bertemu dengan Rani, arsitek muda dengan jilbab panjang yang menjadi bawahannya. Novel ini bergenre romance religi, hanya saja dalam ceritanya memasukkan kegiatan dimana Ryan dan Rani satu mobil sebelum mereka menikah. Walaupun sebenarnya bagian ini adalah penggalan cerita yang mengantarkan pada klimak. Tapi tetap saja dalam novel religi dilarang menampilkan adegan dimana laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berduaan. Karena dikhawatirkan pembaca akan salah paham dan mengurangi kereligian cerita. Terlepas dari semua itu, novel dengan 216 halaman ini mengajarkan pembaca untuk selalu berdakwah, mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupan. Sangat cocok dibaca oleh remaja yang sedang mencari cinta sejati. Selain itu juga cocok dibaca oleh pasangan suami istri baru dalam membangun ideologi keluarga. Kata Al Banna yang dijadikan judul buku ini  terinspirasi dari penggalan cerita saat Ryan mendirikan biro arsitektur yang diberi nama Al Banna, yang artinya adalah pembangun. Ryan berharap Al Banna mampu membangun lagi keluarganya serta membangun dakwah islam yang dibalut dalam intelektual. Novel Sepasang Al Banna merupakan novel dwilogi. Sedangkan novel kedua berjudul Dilatasi Memori.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia 
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017

Thursday, October 5, 2017

Mencari Solusi dengan berMasterMind

October 05, 2017 4 Comments
Bunda apa sebelumnya sudah mendengar kata MasterMind? Atau sudah banyak yang mempraktekannya? Kata MasterMind sepertinya kata yang sangat asing, tapi sebenarnya sering bunda lakukan bersama keluarga walaupun masih sangat sederhana.

Apa itu MasterMind?
Mastermind dalam kamus kbbi, diartikan sebagai upaya perencanaan, penyusunan strategi dan proses membuat langkah strategi.

Mastermind sendiri merupakan sebuah konsep yang dipergunakan untuk berkumpulnya titik temu kemampuan memecahkan masalah dengan pemikiran beberapa orang yang sevisi, punya pandangan yang sama, dan bebas mencurah pendapat serta tidak ada figuritas didalamnya.

Kapan dilaksanakan MasterMind?

MasterMind dapat dikerjakan kapan saja dan di mana saja. Pelaksanaanya cukup sederhana. Kita diminta untuk membuat catatan aktivitas yang sudah dilakukan dan mengevaluasinya. Intinya bagaimana kita bisa mengevaluasi aktivitas yang terdahulu dan meningkatkan lagi kualitas diri sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan. Jika ini adalah MasterMind keluarga, maka ajaklah anak dan suami untuk berdiskusi tentang aktivitas yang akan dilakukan. Lakukan ini setiap minggu atau sesuai kebutuhan lalu evaluasi bersama. Hal ini mampu mempercepat persamaan suhu keluarga dam menciptakan bom dong family. Buatlah suasana sesantai mungkin agar tidak terkesan formal dan membosankan. Tantangan terberat saat kita melakukan MasterMind keluarga yakni kita dituntut untuk saling terbuka, melepaskan Blocking emosi, memberikan pendapat dan saling mengontrol.

Tujuan dari adanya MM keluarga ini adalah sebagai wadah mensupport, saling dukung antar anggota atas sebuah tantangan permasalahan yang sedang dihadapi, agar terbuka atas berbagi masukan yang konstruktif.



*ⓂasterⓂind* (dalam konteks Keluarga dan sebagai Ibu Profesional)
*Sharing - Kulwap di Grup Ibu Profesional Surabaya Raya 2*
Kamis 28 Sept 2017 - 13.00 wib Oleh Farda Semanggi
=====

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017

Monday, October 2, 2017

Sekelumit tentang Homeschooling

October 02, 2017 11 Comments
Siang, Bunda. Kali ini saya ingin membahas sedikit tentang homeschooling. Akhir-akhir ini homeschooling menjadi alternatif orang tua sebagai sarana belajar putra-putri mereka. Mengapa demikian? Banyak alasan yang menjadi pertimbangan mereka. Salah satunya adalah maraknya bullying yang sering terjadi di sekolah formal. Selain itu, tempat kerja yang sering berpindah-pindah juga menjadi alasan yang kuat. Belum lagi kurikulum yang begitu berat dan terlihat membebani anak-anak.

Tapi bukan berarti homeschooling lebih baik dari sekolah formal, pasti ada kelebihan dan kekurangan yang menyertai. Semuanya memiliki efek yang berbeda. Tinggal kita yang menentukan mana yang lebih baik untuk anak-anak kira.

Baiklah, kita lupakan sejenak tentang homeschooling vs sekolah formal. Sekarang saya ingin membahas apa itu homeschooling.

Homeschooling menurut wikipedia adalah metode pendidikan alternatif yang dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orangtua atau tutor pendamping, dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah negeri, sekolah swasta, atau di institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif.

Sedangkan menurut ahli Yesi Elsandra mengatakan bahwa Homeschooling adalah salah satu sarana pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan anak, dibutuhkan kreatifitas dan disiplin tinggi untuk menjalankan aktivitas belajar dalam HS.

Perlu bunda ingat, Homeschooling bukanlah suatu lembaga pendidikan, melainkan pembelajaran oleh orang tua atau tutor dan dilaksanakan di rumah. Hs juga bisa dilakukan di luar rumah seperti perpustakaan, taman dll seseuai kreativitas orang tua dan kebutuhan anak.

Saat ini, homeschooling sangat populer di Amerika Serikat, dengan persentase anak-anak 5-17 tahun yang diberikan homeschooling meningkat dari 1.7% pada 1999 menjadi 2.9% pada 2007.

Ada beberapa klasifikasi model homeschooling antara lain:
  • Homeschooling tunggal. Model ini dilaksanakna dalam satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya yang melakukan homeschooling terhadap anak-anaknya.
  • Homeschooling majemuk. Model ini dilaksanakan oleh beberapa keluarga dengan kegiatan-kegiatan tertentu juga kegiatan pokok dan kegiatannya tetap dilaksanakan di rumah masing-masing.
  • Komunitas homeschooling. Komunitas homeschooling adalah gabungan dari komunitas majemuk dan mereka menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, dan hal-hal lainnya.

Demikianlah sekilas tentang Homeschooling. Sekali lagi saya menekankan bahwa tidak ada sarana pendidikan yang seratus persen positif.  Baik Homeschooling atau public school atau sekolah umum pasti memiliki plus dan minus. Tinggal kita sebagai orang tua yang harus peka dengan apa yang dibutuhkan anak.  Yuks menjadi orang tua peka yang mampu menjaga amanah Allah SWT.

Ditunggu jejak dan komennya ya bunda. Boleg sharing di kolom komentar.
Because Sharing is Caring

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia.


Refrensi

Nak, kita titipkan sejarah padamu

October 02, 2017 5 Comments
Seminggu terakhir ini negara kita sedang dihebohkan oleh penayangan kembali film dokumenter G30SPKI. Film yang sejak tahun 1986 M tidak boleh lagi ditayangkan, kini diperintahkan oleh panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk ditayangkan kembali. Apa alasan yang melatarbelakangi perintah tersebut? Dikutip dari kompas.com tanggal 19 September 2017 Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan maksud intruksinya terkait pemutaran film G30S-PKI. Gatot beralasan ingin mengajak bangsa Indonesia untuk tidak melupakan sejarah kelam dan mencegah terulang kembali kekelaman tersebut.

"Tujuannya adalah bukan untuk mendiskreditkan, tetapi peristiwa tersebut agar diketahui generasi muda, agar kita tidak terprovokasi lagi, terpecah-pecah lagi. Kalau kita tidak ingatkan, dalam kondisi seperti ini, orang tidak tahu bahwa ada gerakan-gerakan yang mengadu domba,” kata Gatot Nurmantyo.

Perintah tersebut tidak luput dari pro dan kontra masyarakat. Tapi Gatot tetap bersikukuh dengan perintahnya. Hingga akhirnya tanggal 30 dan 31 September 2017 serentak  film G30SPKI diputarkan oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

Tapi ada yang disayangkan dalam pemutaran serentak tersebut. Film dengan gendre Historical Horror ini tidak mengenal batasan usia. Siapapun boleh menontonnya karena memang ditayangkan di tempat terbuka. Namun dilihat dari adegan yang dimunculkan film tersebut tidak cocok untuk anak usia dini kecuali dengan pendampingan. Dikhawatirkan mereka belum mampu memilah dan memahami maksud adegan tersebut.

Terlepas dari itu semua, penayangan film sejarah ini sangat bagus untuk generasi penerus bangsa. Hal ini dapat memupuk rasa solidaritas dan cinta negara yang mulai menurun. Selain itu, sejarah mampu menguatkan karakter nasionalisme dan tidak mudah terprovokasi melalui pesan-pesan yang tersembunyi di dalamnya. Sangat cocok untuk generasi muda yang sifatnya enggan dinasehati secara langsung.

Semua elemen pemerintahan, bahkan presiden juga mendukung kegiatan tersebut. Semua ini tak lain adalah upaya pemerintah untuk menitipkan sejarah pada generasi penerus bangsa dan berharap generasi kita mampu meniru karakter positif para pahlawan. Tidak hanya sejarah G30SPKI saja, tapi semua sejarah yang ada di negeri Indonesia tercinta. Karena sejarahlah negara kita masih berdiri.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia 
ODOP BLOGER MUSLIMAH INDONESIA OKTOBER 2017