Thursday, November 30, 2017

(Day1) Tantangan Melatih Kemandirian Anak Kuliah Bunda Sayang IIP

November 30, 2017 0 Comments
Hai bunda,  tantangan kali ini adalah melatih kemandirian anak. Sebulan ini kami dibatasi untuk melatih maksimal 4 skill.  Maka dari itu saya mencoba melatih skill 1. Membersihkan mainan secara mandiri 2.Makan sendiri 3. Buang sampah ke dalam tempat sampah dan yang tetakhir adalah toilet training.

Skill yang akan saya latih pertama kali adalah makan secara mandiri.  Target pencapaian yakni:
1. Makan sendiri tanpa disuapin
2. Duduk
3. Menggunakan tangan kanan
4. Tidak makan lebih dari 30 menit
5. Berdoa sebelum dan sesudah makan

Namun,  sebelum mencapai target pencapaian,  saya akan memecah terlebih dahulu menjadi pencapaian target sederhana seperti di atas.  Hal ini berharap bisa memudahkan Mas Daffa melatih kemandiriannya.

Hari pertama target saya adalah Mas Daffa bisa makan dengan posisi duduk tanpa di suapi. Dan Alhamdulillah berjalan dengan baik di 3 trial (setiap hari makan 3x,  berarti dalam sehari ada 3 trial yakni sarapan,  makan siang dan makan malam).

Hal pertama yang saya lakukan adalah menggomunikasikan kepada seluruh penghuni rumah bahwa mulai hari ini Mas Daffa makan sendiri,  jadi gak boleh ada yang suapin. karena kami hanya berempat Ayah,  Bunda,  Tante dan Mas Daffa jadi dalam berkomunikasi serta membuat kesepakatan diberikan kemudahan.

Kedua menyiapkan makanan kesukaan Mas Daffa setiap hari.  Salah satu menu kesukaannya adalah ayam, udang dann kepiting. Alhamdulillah saat inj sudah bergabung di rumbel boga IIP surabaya.  Jadi insyaAllah masalah kedua bisa diatasi.

Ketiga menyiapkan seluruh properti.  Hal ini berkaitan dengan piring,  sendok dan gelas yang lucu dan sesuai ukurannya. berharap Mas Daffa bisa lebih bersemangat.

Day 1, Trial 3




Day 1, Trial 1


#Day1
#Tantangan10Hari
#level2
#MelatihKemandirian
#kuliahBunsayIIPSurabaya

Melatih Kemandirian Anak IIP

November 30, 2017 0 Comments
*Institut Ibu Profesional*
_Materi Bunda Sayang Sesi #2_

*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*

_Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?_

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

_Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?_

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita masih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

_Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?_

☘ *Usia 1-3 tahun*
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu

🔑 *Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :*
👨‍👩‍👦‍👦 Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
👨‍👩‍👦‍👦 Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
👨‍👩‍👦‍👦Komitmen dan konsisten dengan aturan

Contoh:
_Aturan berbicara_ :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.

Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.

_Aturan bermain_:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudah tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.

Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

☘ *Anak usia 3-5 tahun*
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya

🔑 *Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :*
👨‍👩‍👦‍👦Hargai keinginan anak-anak
👨‍👩‍👦‍👦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
👨‍👩‍👦‍👦 Terima ketidaksempurnaan
👨‍👩‍👦‍👦 Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
👨‍👩‍👦‍👦 Berbagi peran bersama anak
👨‍👩‍👦‍👦 Lakukan dengan proses bermain bersama anak

Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus. Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

☘ *Anak-anak usia sekolah*
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, maka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

🔑 *Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah*
👨‍👩‍👦‍👦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
👨‍👩‍👦‍👦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
👨‍👩‍👦‍👦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
👨‍👩‍👦‍👦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko

Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

📌 *Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:*
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
🔟Berkarya

📌 *3 Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :*
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan

_*Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?*_

📌 *Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak*
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak

_Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak. Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita_


Salam,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

_Sumber bacaan_:
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014_
_Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara_
_Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi_



Thursday, November 23, 2017

Berproses Lebih Baik Melalui Komunikasi Produktif

November 23, 2017 0 Comments
Sejak mendapatkan materi komunikasi produktif di kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, saya sedikit demi sedikit mulai mengatur komposisi kata lengkap dengan seberapa tinggi intonasi yang harus saya keluarkan.  Walaupun belum sepenuhnya bisa konsisten tapi saya sangat bersyukur, ada secercah cahaya yang mulai muncul dari anak saya Daffa.  Dulu,  saya sering sekali gemes kalau dia seakan-akan tidak menggubris omongan saya.  Tapi saat ini semua mulai berkurang dan dalam proses untuk lrbih baik lagi.

Saya memulai tantangan komunikasi produktif ini dengan Daffa 2y5m.  Dari sini saya terus berusaha lebih kreatif lagi.  Mencari solusi jika menemukan kendala.  Krn da la terbesar saat ini adalah karena daffa belum bisa berkomunikasi dengan lancar walaupun secara konseptual dia sudah paham. Selain itu,  kendala juga belum bisa satu jalan dengan pasangan karena memang saya belum mulai berbagi materi komprod.

Hasilnya??? Alhamdulillah ada peningkatan walau tidak sepenuhnya dikatakan verhasil.  masih butuh waktu sepanjang masa untuk terus berproses...
Terima kasih institut ibu ptofesional...
Terima kasih bunda fasil Kuliah bunda sayang Surabaya...

#levelgame1
#aliranrasa
#komunikasiproduktif
#Kuliahbundasyangsby
#tantangan10hari


Monday, November 13, 2017

[Day10] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 13, 2017 0 Comments
Menjadi orang tua di era digital benar-benar membutuhkan pemikiran cerdas. segala fasilitas sangatlah mudah dinjangkau termasuk gadget. banyak orang tua yang masih galau dengan pemberian gadget pada anak di bawah usia 14 tahun. begitu juga dengan saya sebagai ibu muda. mungkin bisa dikatakan suatu kesalahan saat saya mengizinkan mas Daffa (2y 5m) menggunakan gadget. pasalnya saya merasa dia bisa belajar lebih banyak dengan gadget. hal ini karena saya melihat perkembangan kognitif yang dia dapat dari gadget. salah satunya saat dia bisa menghafal huruf hijaiyah, warna bahkan binatang. dari sinilah saya menganggap pemakaian gadget masih dalam taraf baik-baik saja. semakin kesini saya memfasilitasinya dengan gadget khusus yang bisa dia gunakan. dengan kata lain dia punya gadget sendiri. Dia semakin asyik bahkan dia sudah bisa menyalakan video sendiri di usianya yang sangat kecil. Bangga? iya awalnya. Tapi sekarang saya merasa sangat bersalah, dia jadi kekurangan kosa kata. Selain itu, hanya orang-orang terdekatlah yang paham apa yang dia maksud. walaupun secara konsep dia sudah paham, tapi bagiku itu tidak cukup. seharusnya dia bisa lebih baik lagi. maka dari itu, saat ini PR sangat besar bagi saya agar dia bisa sedikit demi sedikit terhindar dari gadget. tidak adil rasanya jika saya harus langsung memutus dia dari gadged. karena bagaimanapun sayalah yang bertanggung jawab atas ke"canduannya" dalam penggunaan gadget.

seperti kemarin saat dia sedang asyik dengan gadgetnya, saya meminta dia untuk memberikan gadgednya pada saya. karena saat ini saya membatasi dia hanya 2 jam setiap harinya. seperti biasa dia akan menolak dan menjerit.

"Sayang, kasi hanphonenya ke bunda ya."
"Gak mau." dia masih asyik dengan handphonenya
"liat bunda dulu." Dia mulai mau melihat.
"Bunda pinjam hpnya dulu ya. yuks main sama dek fatih."
dia diam sejenak. mungkin sedang mempertimbangkan usulan saya.
"nanti main bola juga sama mbak"
mendengar kata bola dia langsung memberikan hpnya dan keluar.

Yah, akhirnya komprod kali ini bisa berhasil dan "kasus"terselesaikan juga tanpa drama. maklum saat ini kamu masih di rumah mertua. Jadi harus hati-hati ngomongnya, kalau nggak dia bisa nangis terus ngadu sama kakeknya. hadeuhhhh dasar anak cerdas.

#day10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, November 10, 2017

[Day 9] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 10, 2017 0 Comments
Masih juga seputar membersihkan mainan. Tadi pagi seperi biasa Mas Daffa meminta untuk menurunkan minannya. saya bawa ke kamar agar mainannya tidak berhamburan ke seluruh rumah. selain itu, dia juga lebih suka main di kamar. karena mainan kesukaannya (raket) berada di bawah, maka dia mengeluarkan seluruh mainannya. setelah puas bermain dia mau beralih ke tempat kartu dan pensil warna.

"Nda, Mau itu!" Tangannya menunjuk ke kotak pensil.
"Beresin dulu yuks, Nak mainannya. masukin ke keranjang." Dia menggeleng.
"Ayuk, bunda bantu." karena belum melihat reaksi tanda setuju saya langsung mengalihkan perhatiannya lebih dahulu.
"Ayo, mau naik kuda-kudaan sama bunda. nanti bunda antar ke kamar."
Kulihat matanya berbinar menandakan persetujuan.

Yeayyyy akhirnya berhasil juga. eh tapi tunggu dulu apa dia akan benar-benar mau merapaikannya setelah sampai di kamar? sebelum dia berubah pikiran, langsung saya contohkan memasukkan mainan ke keranjang.

"Nak, bolanya di lempar ke keranjang katak bunda."

Dia langsung menirunya dan akhirnya seluruh mainan berada di keranjang. Alhamdulilllah...

#Day9
#GameLevel1
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

Thursday, November 9, 2017

[Day 8] Tantangan Komunikasi Produktif Kuliah Bunda Sayang IIP

November 09, 2017 0 Comments
Di saat bundanya ingin merebahkan punggung karena badan yang kurang fit, tiba-tiba saat mata ingin terpejam ada pemandangan yang luar biasa heboh. beberapa baju dari lemari sudah tergeletak di lantai dan mainan yang berhamburan sampir seluruh kamar.
Aw... rasanya pengen menumpahkan seluruh kosa kata yang ada denga suara yang cetar membahana. seandainya saya tidak pernah belajar tentang komunikasi produktif pastilah di kepala ini sudah tumbuh dua tanduk yang siap menyeruduk. tapi saya bersyukur dalam keadaan yang genting ini saya masih bisa mengendalikan emosi. saya bangkit lalu mendekatinya.


"Sayang, Mas Daffa istirahat dulu ya. Bunda ngantuk pengen istirahat. nanti kita main lagi."

Dia tetap bergeming bahkan dia mencoba membuka lemarinya.

"Sayang, dengerin bunda. Mas Daffa mau main apa? Ayo bunda temenin bentar ya, habis itu Mas Daffa istirahat ya, nak"

Akhirnya dia mau beralih ke mainannya lalu mengambil roda motor yang sudah lepas dari badannya.

"Main ini Nda."

Alhamdulliah, setidaknya dia masih bisa dialihkan dari kegiatan sebelumnya. PR besar bagi saya untuk bisa mengajaknya membersihkan mainannya sendiri.

#Day8
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP




Wednesday, November 8, 2017

[Day7] Tantangan Komunikasi Produktif Kuliah Bunda Sayang IIP

November 08, 2017 0 Comments

Ada yang membuat saya terharu tadi siang.  Hal ini terjadi saat percakapan saya dan mas Daffa soal membersihkan mainan.
Daffa : "Nda,  main itu! " tangannya menunjuk tempat pensil warna dan kartu.
Bunda : "Mainan yang di kerangjang masukin dulu yuks."
Daffa : "Main itu! " dia tetep bersikeras ingin bermain bermain pensil.
Aku juga tetap keukeuh untuk tidak memberikannya sebelum dia membersihkan mainan sebelumnya. Mas Daffa mulai merengek dan terus menunjuk tempat pensil. Saya juga tetap bertahan dengan alasan dia akan menghamburkannya, bukan untuk belajar.
Bunda : "Sayang,  beresin dulu mainannya,  nanti bunda ambilkan yang itu. Nanti siapa yang mau beresin mainan Mas Daffa?
Daffa : "Nte? "
Saya langsung tertawa tidak menyangka bahwa dia akan menjawab itu. Iya, karena yang  biasa membantu saya membereskan mainannya adalah tantenya.  Tapi saya sama sekali tidak menyangka dia akan menjawab itu.  Mungkin saya terlaltu under estimed pada kemampuannya.  Saya kira dia  ajan kesulitan menjawab dan berhenti untuk merengek.

Teruslah berkembang sayang,  jadilah apa saja yang membuatmu bahagia.  I love u

#Day7
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP

Tuesday, November 7, 2017

[Day6] Tantangan Komunikasi Produktig Kuliah Bunda Sayang IIP

November 07, 2017 0 Comments
Enam hari menjalankan tantangan komunikasin produktif ternyata belum cukup bagi saya untuk benar-benar meminimalisir kata "jangan". Belum banyak kosa kata yang bisa menggantinya dengan kata positif. Butuh banyak jam terbang tinggi dan kesadaran ekstra agar bisa secara otomatis tertanam dalam alam bawah sadar.
Terkadang saat tubuh sedang capek, sakit dan lain-lain intonasi dan komposisi kata ucapan kita kurang terkendali. Seperti kejadian tadi siang saat saya selesai mencuci baju. Mas Daffa datang dan mencoba membantu saya menjemur cucian. Saya yang melihat tangan kotornya menyentuh cucian baju sontak berteriak "Jangan nak, nanti cucian bunda kotor!" Mas Daffa langsung menunduk dan terdiam. Aku langsung datang dan memeluknya. Seharusnya aku tidak melakukan itu, cucian kotor bisa di bersihkan lagi, tapi bentakan saya bisa saja dia ingat semasa hidupnya.

"Maafkan bunda ya, Nak. Mas Daffa cuci tangan dulu terus bolehlah bantuin bunda." 

Aku membawanya ke pancuran lalu mencuci tangannya. Setelah itu, kami menjemur sambil bermain. Dia bertugas mengambil baju dan memberikannya padaku untuk di jemur.

Salam Ibu Pembelajar!

#Day1
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP


Monday, November 6, 2017

[Day5] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 06, 2017 0 Comments

Alhamdulillah mas Daffa mulai membaik setelah kemarin demam dan bapil. Seperti bias saat dia kurang enak badan maka saya memberikan "diskon" untuk bisa melihat gadhet. Dua jam maksimal untuk screen time. Setelah waktunya habis saya langsung meminta gadhet dan memintanya. Tidak seperti biasanya akan banyak drama saat saya meminta hpnya. Kali ini di hanya mau di temeni bermain.
"Nda, ain yuks."
"Okey, main apa?" 
Dia mulai mengacak-ngacak mainannya. 
"Nda keeta api, pasang Anda"
"Ayo Mas Daffa pasti bisa sendiri. Dia berusaha untuk merangkai kereta api. Kulihat dia agak kesulitan. Tangann kirinya lebih kuat membuatnya kesulitan saat lubangnya di tangan kanan.
"Nda, gak bisa."
"Ayo di coba lagi!" Aku memindahkan posisi kereta apinya dan Yeayyyyy akhirnya mas Daffa bisa.

#Day5
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#komunikasiProdultif
#kuliahBunsayIIP

Sunday, November 5, 2017

[Day4] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 05, 2017 0 Comments


Hari ini mas Daffa lagi demam plus bapil. Kasian banget, biasanya kalau begini dia tidak banyak berespon, dia akan banyak menghabiskan waktu dengan menonton atau tidur. Seperti hari ini, kami melakukan perjalanan dari Madura ke Sidoarjo. Se0najang perjalanan dia tertidur hingga sampai ke Surabaya. Maka dari itu, tantangan hari ini sangatlah sederhana tapi bermakna.

Sebelum sampai ke sidoarjo kami mampir di rest Area untuk sholat Ashar sekalian istirahat. Saat itu kami bertiga ada Ayah, saya, mas Daffa dan tante. Selama Ayah mengisi bahan bakar saya sholat bergantian dengan tante.

Kami berdua duduk di teras masjid, tubuhnya masih demam saat itu. Makanya dia lebih banyak diam sambil makan cokelat. Melihat tangannya belepotan karen cokelat saya bicara sama mas Daffa sambil memegang tissu.

"Sayang, nanti kalau sudah selesai makannya lap ke tissu ya." 

Saya berkata sambil memperlihatkan tissu di tangan saya. Dia tidak menjawab apa-apa hanya melihatku sambil sesekali memakan kuenya dan melihat tangannya yang belepotan cokelat. Ada kekhawatiran dalam diriku jika mas Daffa akan mengelap tangannya ke baju seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Aku melihatnya sekali lagi sambil mengelap tangannya. Karena tante sudah datang jadi sekarang giliranku untuk sholat. Saat perjalanan ke kamar mandi aku tiba-tiba teringat mengapa tadi saya mengelap tangannya? Padahal sebelumnya saya sudah memberikan dia kepercayaan untuk memahami apa yang saya sampaikan. Saya benar-benar menyesal sudah tidak percaya padanya. Dalam hati saya merutuki apa yang baru saja saya lakukan. Kenapa saya tidak memberikannya kesempatan untuk melalakukan apa yang saya ucapkan padanya? Padahal dia sudah kooperatif saat komunikasi berlangsung, matanya sudah mau melihat ke arahku tanpa aku minta.

Astaghfirullah... semoga ini tidak pernah terjadi lagi. Karena saya yakin kepercayan kita (orang tua) sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita. Komunikasi Produktif tidak hanya sekedar teknis dalam berkomunikasi saja. Tapi, bagaimana kita bisa menghargai apapun respon dari hasil komunikasi tadi. Baik dan buruknya hanyalah suatu proses untuk memperbaiki diri. Jangan biarkan kitalah yang merusak kepercayaan mereka.

#Day4
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSay
#InstitutIbuProfesional

Saturday, November 4, 2017

[Day3] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 04, 2017 0 Comments
Yeaayyyy hari ini mas Daffa and the genk  mau jalan-jalan ke pantai. Tapi jangan di bayangkan pantai dengan hamparan pasir dan deburan ombak yang ramah ya bunda. Pantai yang akan kami datangi adalah cafe yang  terletak di tepi laut dan di batasi oleh karang besar di setiap tepinya.

Sepanjang perjalanan saya tidak henti membayangkan betapa mas Daffa akan berbinar saat akan bermain air laut.  Selama ini matanya tampak selalu berbinar dengan senyum yang menghiasi wajahnya saat bermain air.  Apalagi ini adalah pertama kalinya dia bersinggungan langsung dengan laut.  Biasanya dia hanya bisa melihat dari dalam mobil saja saat pulang kampung. Ya,  kami berasal dari salah satu pulau dengan penghsil garam di jawa timur, Madura.  Makanya setiap pulang kampung dia akan menemukan hamparan laut sepanjang perjalanan.

Setibanya di sana kami langsung memesan makanan dan minuman. Setelah itu langsung menuju spot foto yang berdekatan dengan karang pembatas.  Hati-hati kami turun dan mendekati tepi laut,  kebetulan air laut sedang surut jadi kami turun agak jauh. Karang-karang pembatas itu ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.  Permukaannya tajam dan agak licin. Jadi saya memutuskan untuk berhenti sejenak di tengah sambil menikmati panorama laut dari atas karang.  Entah mengapa saya bertanya pada mas Daffa untuk melanjutkan turun danbbermain air atau naik saja karena melihat jarak yang akan ditempuh masih lumayan jauh.  Padahal saya sudah yakin pilihannya pasti akan turun dan bermain air, aktivitas yang selalu membuat matanya berbinar.

Bunda: "Mas Daffa mau main air apa naik? "
Mas Daffa: "aik ja Nda." (Naik saja Bunda.red)

sungguh jawabannya membuat aku mengernyitkan dahi.  Mengapa tidak,  ternyata apa yang saya pikirkan sejak tadi salah besar. Mas Daffa lebih memilih naik bermain pasir daripada bermain air.

Dari sini saya belajar bahwa apa yang kita (orang tua) yakini akan membahagiakan anak tidak selamanya benar.  Lebih baik pastikan lagi, tanyakan lagi apa yang sebenarnya mereka inginkan.  Tidak adil sepertinya jika kita memutuskan sesuatu hanya dari pengamatan kita saja,  tidak ada salahnya memastikan ulang dengan bertanya pada mereka apa yang di inginkan.  Di sinilah pentingnya kita mempelajari komunikasi produktif, dengan harapan informasi kita bisa sampai dan tercerna dengan baik.  Selain itu,  kita juga bisa menfapatkan informasi yang akurat.

#Day1
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSay
#InstitutIbuProfesional




Friday, November 3, 2017

[Day2] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 03, 2017 0 Comments
Tantangan hari kedua komunikasi produktif dengan mas Daffa terasa kurang maksimal. Hal ini karena kami berdua lagi kurang enak badan. Hihihihi tapi komunikasi produktif tetap terlaksana dengan baik.

Di hari ke dua, mas Daffa terlihat lebih kooperatif dari hari pertama. Entah karena keadaannya yang kurang fit atau sudah ada efek dari komunikasi produktif yang sudah kami terapkan empat hari terakhir. Semoga asumsi yang kedua lebih kuat. Amin.

Masih berkutat dengan kue yang kemarin mas Daffa hamburkan. Hari ini dia meminta kembali kuenya.

" Nda," katanya sambil membawa toples berisi kue.
"Apa, Sayang?" Aku menunggunya mengucapkan kata selanjutnya. Biasanya saya akan langsung bertanya apakah mau di buka? Tapi mulai sejak materi komunikasi produktif saya lebih menuntut dia banyak bicara.
"Tue," (red.Kue)
"Iya, kuenya mau di apakan?
"Uka," (red.buka)

Aku mengangguk lalu membuka tutup toples. Aku lihat dia tersenyum. Setelah itu, aku menunggu respon selanjutnya dari mas Daffa. Apakah dia akan menghamburkannya seperti kemarin atau akan ada eksplorasi baru? Ternyata dia hanya mengambil isi kue lalu meletakkannya ke dalam tutup toples lalu memasukkan kembali ke dalam toples.
Alhamdulillah, setidaknya dia tidak mengulangi kesalahannya kemarin.

Ada hal penting yang saya terapkan selama empat hari terakhir dalam menjalankan komunikasi produktif, yakni:
1. Konsistensi eye contact
2. Menggunakan kata tunggal
3. Kuatkan body language
4. Reward

Gaya komunikasi dengan mas Daffa yang notabennya belum bisa berpikir nalar, empat hal di atas sangatlah penting dilakukan agar dia bisa merespon dengan baik serta memahami apa maksud dari perkataan kita. Dan yang menjadi PR buat saya adalah mengidentifikasi perubahan perilaku itu apakah murni karena komunikasi produktif atau ada hal lain. Karena selama ini selain saya menerapkan komunikasi produktif, saya juga mencoba  mengalihkannya dari perilaku kurang tepat kepada sesuatu yang dia suka, seperti susu atau berhitung. Setelah dia teralihkan baru saya
Memberikan instruksi selanjutnya. Jadi ada dua variabel yang menjadi dasar adanya perubahan pola perilaku. Semoga nanti akan ada titik terang dan menjadi bahan evaluasi pada tantangan berikutnya. 

#Day2
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif 
#KuliahBunSayIIP

Thursday, November 2, 2017

[Day1] Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang IIP

November 02, 2017 0 Comments
Sejak beberapa hari mendapat materi komunikasi produktif dari Institut Ibu Profesional, banyak tantangan yang saya temukan saat membersamai anak saya, Daffa 2y4m. Tipenya yang cenderung Command dan bahasanya yang belum benar-benar jelas membuat saya harus berpikir keras agar bisa membersamainya lebih efektif lagi. Membutuhkan kreativitas dan konsistensi yang tinggi untuk menjalaninya. Dan Alhamdulillah ada sedikit perubahan walau belum sempurna. Yah, sedikit sedikit semoga menjadi bukit hiihii

Seperti yang tadi sore terjadi, Daffa menumpahkan kue ke lantai dan memakannya. Tidak hanya itu, kue itu dilempar sehingga hampir memenuhi ruang keluarga. Sontak saya langsung memegang tangannya dan menatapnya lekat. Ini bukan masalah tentang rumah yang berantakan, tapi lebih ke attitude yang harus di ajarkan sejak dini. Saat itu saya memegang tangannya dan menatapnya sambil memberikan pengertian.

Bunda: "Sayang, kuenya di masukkan lagi ya, kalau kotor nanti Daffa takut sakit perut." Tanganku memegang perutnya. Awalnya dia tidak mau menatap saya dan berusaha melepaskan tangannya.

Bunda: "Nak, lihat bunda. Yuks di beresin, bunda bantu ya." Setelah sukses mengambil kontak matanya saya memasukkan kue ke dalam toples sambil  berhitung. Dia tetap bergeming. Sekali dua kali masih belum berhasil tapi Alhamdulillah akhirnya dia mau memasukkan kue ke dalam toples walau tidak semuanya. Tapi ini harus tetap di apresiasi.

Bunda:"Wah, hebat! Yuks masukkan lagi." Dia memasukkan sekali lagi, setelah itu dia beralih pada buku disampingnya.

Yang saya garis bawahi di sini adalah gaya berkomunikasi anak sangat jauh berbeda dengan gaya berkomunikasi orang dewasa. Butuh body language dan penekanan terhadap solusi. Kenapa demikian? Karena saat mereka belum mampu mencerna bahasa kita mereka bisa melihatnya dari body language kita tentang apa yang harus dia lakukan.

Demikian dari saya,
Salam Ibu Pembelajar!!

#tantangan10Hari
#GameLevel1
#Day1
#InstitutIbuProfesional
#KuliahBunSayIIP
#KomunikasiProduktif