Wednesday, January 31, 2018

Belajar Gaya Belajar Anak (Day1)

January 31, 2018 1 Comments


Pagi bunda,  kali ini saya dan mas daffa sedang belajar gaya belajar anak.

Hari pertama mencoba membiarkan Mas Daffa bereksplorasi sesukanya. Saya hanya memberikannya beberapa fasilitas yang mampu mendukung dia menemukan caranya belajar. Apakah dia akan belajar dengan gaya visual, auditori atau kinestetik?

Saat ini di sampingnya ada bola, lego, TV, HP dan sekeranjang mainan yang bisa dia eksplor. Sengaja saya tidak memberikan instruksi atau stimulus tertentu. Agar saya bisa melihat secara pure arah belajarnya kemana.




Awalnya dia minta bermain bola tapi mulai teralihkan dengan TV yang menyala. Setelah itu minta main lego,  tak sampai 5 Menit sudah pindah alih ke gadged. (Walah,,,  padahal pengen puasain dia dari gadged). Karena HP sudah ada di dekatnya langsung saja dia otak-atik tanpa minta bantuan. Setelah menemukan video yang pas langsung deh joget-joget ria. Hahaha Oh iya, dia malah sudah bisa membedakan mana video online atau offline. (Aduh, Nak, bener-bener deh ini contoh bocah generasi milenial.)



Pada dasarnya saya masih belum menentukan gaya belajar manakah yang lebih dominan dimiliki mas daffa. Hanya saja saya melihat gaya belajarnya dengan ciri-ciri berikut:
1. Lebih nyaman dan nangkep belajar melalui video
2. Berespon terhadap musik
3. Suka dibacakan cerita
4. Suka lihat foto dan gambar pada buku
5. Suka nonton TV. Bahkan walau dia enggak lihat,  pokoknya TV nyala 😂
6. Suka banget diajak jalan-jalan
7. Suka berantakin barang. Kalau minta mainan diberantakin dulu terus ditinggal pergi 😅
8. Bersepon terhadap instruksi lisan
9. Mudah hafal jalan
10. Betah kalau diajak mainan tepung,  beras dan pasir
11. Suka sosialisasi bahkan pada usia yang lebih besar
12. Kalau diajak menggambar dan menulis maunya hanya sebentar tapi dia suka coret-coret tembok. Nah, lho!
13. Observer sejati.  Kalau dia ada dilingkungan baru tidak langsung berbaur tapi di observasi dulu,  kalau sekiranya aman buat dia akan langsung berbaur.
Sementara hanya itu yang bisa diingat emaknya hehe

Nah,  bisa bunda lihat kan,  semua indikator gaya belajar anak semuanya ada,  dari visual,  auditori sampai kinestetik.  Sekarang giliran emaknya menemukan gaya apa yang paling dominan.

Maka dari itu,  untuk hari selanjutnya akan saya coba satu persatu gaya belajar dan mencoba mengamatinya lebih dalam. Berharap mas daffa akan menemukan gaya belajarnya yang oaling dominan sehingga lebih mudah dakam memehami seauatu.

#Hari_ke1
#tantangan10hari
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip

Lakukan Ini Agar Curhat Emak Berbuah Solusi!

January 31, 2018 1 Comments

Malem, Mak. Hari Rabu ketemu lagi sama saya dan emak ketje Atiqo. Moga enggak pernah bosan ya kalau kita muncul lagi.  Hehehe Oh iya,  emak boleh kok request tema yang akan kita bahas buat minggu depan di kolom komenyar ya,  terima kasih sebelumnya 🙏🙏🙏

Tema kali ini tentang emak curhat, tema yang sama dengan mak ketje Atiqo.  Lengkapnya di sini ya Hem... Mak, pernah enggak merasa jengkel abis sama pasangan gara-gara hal sepele? atau marah-marah ke anak karena hal kecil, kayak saat si kecil numpahin susu dibaju emak? atau jangan-jangan emak juga pernah marah-marah sendiri gara-gara kerjaan rumah enggak selesai-selesai? kalau pernah yuk cung!!! saya juga sama, kadang suka marah-marah enggak jelas. Padahal pokok permasalahannya terlihat sepele. kenapa ya? pengen curhat entar dibilang bawel, suka mengeluh paling parah dibilang enggak bisa manage diri. Akhirnya ngedumel sendiri "hayati lelah bang, yuk piknik!" hahaha

Emak, sadar enggak?  Adakalanya hal yang terlihat kecil itu berasal dari hal-hal kecil yang menumpuk dalam diri kita. Karena kita enggan menyelesaikannya makanya jadi besar tapi tidak nampak karena kita merusaha menutupinya, bukan menyelesaikannya. Contohnya gini nih, emak pernah enggak pas marahan sama suami tapi emak enggak mau nyanggah atau ngungkapin apa yang emak mau. biasanya emak mikir daripada tambah panjang, udah diem aja. ngalah aja! cari amanlah! dan segala pembenarannya. Emak, apa  yang emak lakukan itu kurang bener! Kalau emak pingin ngomong ya ngomong aja!!! Hanya saja cari waktu dan suasana yang tepat.  Kalau enggak maka emosi yang emak simpan akan tertimbun di bawah sadar. Jika itu berlangsung lama dan emak enggak mau menyelesaikannya akibatmya bisa fatal. Contohnya kayak orang yang tiba-tiba gugat cerai karena alasan sepele "sudah tidak cocok lagi! " Itu bisa jadi karena penumpukan emosi di bawah alam sadar atau kata kerennya Eskalasi Emosi. Ih,  serem kan?!!

Eskalasi emosi muncul akibat kita suka memendam masalah dan enggan menyelesaikannya dengan alasan malas,  enggak mau ribut.  Makanya jangan heran jika sedikit aja ada yang "nyenggol" marahnya bisa luar biasa. Kayak gunung aktif yang mau memuntahkan laharnya. Hahahaha  Terus kita harus gimana?  Selesaikan!  Ngobrol baik-baik jika ada masalah,  jika tidak memungkinkan di ungkapkan saat itu juga tunggu sampai waktunya pas. Karena memilih waktu yang pas adalah indikator yang harus diperhatikan kalau ingin menyelesaikan masalah. Apalagi untuk perempuan yang harus menuntaskan jatah 2.000 kata perhari. Makanya jangan heran kalau lihat para emak lebih cerewet dari pada bapak. Hahaha



Mengungkapkan apa yang ada falam pikiran dan perasaan alias cuthat itu sah sah aja kok buat para emak. Yang enggak boleh itu kalau curhatnya di microfon masjid hahaha enggak segitunya kali. Betul kok, Mak,  enggak ada yang salah jika emak curhat,  cuma harus perhatikan hal-hal berikut:

Carilah orang yang tepat,  bisa curhat pada ahli,  teman atau saudara yang paling bisa dipercaya dan diyakini bisa menjaga amanah emak dan syukur-syukur bisa memberikan solusi. Tapi ada orang yang lebih tepat dijadikan teman curhat dalam menyelesaikan masalah keluarga,  yakni SUAMI. Ya,  karena suami adalah teman sekaligus imam dalam mengarungi bahtera keluarga,  diharapkan beliaulah yang paling mengerti pokok permasalahannya dan mampu memberikan solusi.

Berserahlah kepada Dzat yang Maha mengetahui segalanya.  Ada baiknya curhatllah pada Sang Pencipta terlebih dahulu sebelum pada orang lain agar aura negatifnya tersalurkan dengan baik.  Kalau kita curhat dengan suara keras alias nyolot,  bukannya mendapatkan solusi malah menimbulkan masalah baru.

Pilihlah waktu yang tepat. Tunggulah sampai amarah tidak lagi memuncak,  agar pokok permasalahnnya bisa tersampaikan sepenuhnya dan berhasil mendapatkan solusi.

Jika semua cara sudah dilakukan tapi belum juga mendapatkan solusi,  maka berserahlah.  Mungkin hanya butuh waktu kebih lama untuk bisa menyelesaikan masalah emak. Setelah berserah,  maafkan dan lupakan!

Dan yang terakhir jangan lupa untuk selalu berpositif thinking!

Semoga bermanfaat 😍😍😍

Tuesday, January 30, 2018

IQ, EQ, SQ dan AQ, Manakah Yang Lebih Penting?

January 30, 2018 0 Comments


Jika dulu kita disibukkan dengan seberapa tinggi IQ atau kecerdasan intelektual,  maka sekarang kita harus lebih terbuka dan mulai mempertimbangkan EQ, SQ bahkan AQ.  Karena kesuksesan tak melulu soal angka di dalam raport atau seberapa besar nilai ulangan. Tapi kesuksesan adalah keseimbangan antara IQ, EQ, SQ dan AQ.  Sederhananya gini, gimana kita atau anak kita menjadi orang yang cerdas, berakhlakul karimah,  sholeh dan bermanfaat untuk semua. Hem,,, enakkan? Hehehe Ok,  yuk kita lihat satu persatu apasih IQ,  EQ,  SQ dan AQ itu? 



Kecerdasan intelektual atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan kecerdasan yang dibangun oleh otak kiri. Kecerdasan ini mencakup kecerdasan linear, matematik, dan logis sistematis. Kecerdasan ini menghasilkan pola pikir yang berdasarkan logika, tepat, akurat, dan dapat dipercaya. Orang dengan kecerdasan ini akan mampu memiliki analisis yang tajam dan memiliki kemampuan untuk menyusun strategi dengan baik.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Orang dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen.


Dalam teorinya Robert K.Cooper, Ph.D. menjawab bahwa kecerdasan Emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.


Kecerdasan spiritual berhubungan dengan perlindungan dan pengembangan jiwa, yang dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford didefinisikan sebagai “identitas moral dan emosional” serta intensitas dari “energi intelektual dan emosional”.


Seorang pakar spiritual mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan menggunakan spiritualisme sebagai cara untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah.

Menurutnya kecerdasan spiritual terdiri dari empat kemampuan berikut:

  • Mampu mengendalikan tubuh dan benda di sekitar.
  • Mampu mengambil manfaat dan makna dari pengalaman sehari-hari.
  • Mampu memanfaatkan sumber daya spiritual untuk memecahkan masalah.
  • Berbudi luhur.
AQ (Adversity Quotient) adalah kecerdasan seseorang dalam mengatasi tantangan atau kesulitan hidup tanpa merasa putus asa. Setiap individu memiliki pola pikir yang berbeda2 dalam memandang "Adversity" (tantangan, kesulitan, hambatan maupun emosi). Hanya individu yang ber AQ tinggi mampu bertahan hidup (survive).


Jadi,  jika ada yang bertanya kecerdasan manakah yang lebih baik?  Maka jawabannya adalah TIDAK ADA!  Ya,  karena semua kecerdasan haruslah berjalan seiring dan saling bersinergi. Orang yang cerdas dan berIQ tinggi tidak akan dihormati jika dia tidak menghormati orang lain. Ataupun orang yang cerdas,  pandai bersosialisasi tapi tidak bisa survive menghadapi hidup dan selalu merasa putus asa juga tidak akan bisa bertahan. IQ, EQ, SQ dan AQ ibarat anggota tubuh, saling memberikan manfaat dan haruslah tumbuh bersama agar bisa digunakan sebagaimana fungsinya. Walaupun ada salah satu yang dominan bukan berarti kecerdasan yang lain tidak bisa dioptimalkan. 



Semoga bermanfaat 😍😍😍



Referensi: Camilan 1-3 Kuliah Bunda Sayang level 3 di WAG tangal 3, 10 dan 17 Januari 2018

Wednesday, January 24, 2018

Be Positive Thinking (Saat Emak pingin ke 'emmall')

January 24, 2018 3 Comments
Yey,,,  tantangan sama bunda ketjeh Mbak Atiqo,  sang mahmud muda nan jago nulis hadir lagi. Tema kali ini menilik kembali video viral yang seminggu lalu menggelitik dunia per'emak'an hahaha kenapa ngambil tema ini?  Soalnya setiap orang punya pandangannya sendiri melihat situasi di sekitarnya. Banyak hikmah yang bisa diambil dan dijadikan pembelajaran.

Video yang berdurasi 0.51 menit ini bercerita tentang curhatan emak-emak yang sudah besolek menor tapi belum juga diajak jalan-jalan sama suaminya. Awalnya enggak ada yang aneh sih,  setiap emak yang full at home kebanyakan akan merasakan hal yang sama.  Merehatkan badan sejenak dari rutinitas yang tiada henti di rumah, walau hanya sekedar beli gorengan depan gang. Istilah kerennya sih Me Time hehehe. Bisa dikatakan rasa yang sama seperti yang saya  dan patner kece saya  rasakan beberpa bulan yang lalu.  Tulisan lengkapnya di sini ya bun,

Namun,  setelah ditelaah kembali (yaelah,  kayak lagi penelitian aja ditelaah) ada hal kurang kurang tepat dilakukan si emak ini. Yakni saat curhatannya dengan sengaja diedarkan di dunia maya yang notabennya bisa dilihat oleh semua orang.  Entah video ini hanya parodi atau bukan tapi tidak bisa juga dibenarkan untuk dilakukan. Jika suaminya kurang berkenan dan merasa direndahkan dengan video yang dia unggah kan berabe jadinya. Padahal bisa jadi hanya niatan awal hanya untuk becandaan.

Sebenarnya ada yang lebih heboh dari vodeo itu sendiri,  yakni tanggapan emak-emak yang  menambah 'hot' dan semakin viralnya video tadi. Saat itu mulailah komen-komen yang menyatakan hal yang sama dengan keadaan yang saat ini mereka rasakan. Jemari mulai gatal untuk curhat masalah rumah tangga plus sambel rawitnya. Hadeh 🙈 bisa dibayangkankan jika komen-komen di dalamnya kayak berisi emak-emak yang lagi bergosip ria. Tidak,  saya tidak menyalahkan semua itu,  hanya saja mungkin kurang tepat aja karena tidak banyak dari mereka yang mendapat solusi dari permasalahannya. Terus fungsinya buat apa?

Oh iya,  terlepas apakah video parodi atau tidak tapi ada yang bikin saya ketawa enggak bisa berhenti. Ternyata ada video  balasan yang mengaku suaminya. Lucunya tuh suami bilang kalau istrinya hanya bikin malu. Ke mall aja sandalnya di lepas hahaha ada-ada aja sih...

Setelah lihat video balasannya saya jadi bepikir. Ternyata apa yang saya lihat bahkan saya klaim tidak selamanya benar. Jika awalnya saya berpikir tuh suaminya sibuk banget sih sampek enggak mau nganter istrinya me time. Dan saya rasa kebanyakan perempuan akan bepikiran sama kayak saya hehe (cari temen sepemikiran)  Tapi setelah melihat video balasan jadi paham juga kalau ada faktor lain kenapa istrinya enggak bisa di ajak jalan-jalan. Dan biarlah itu semua mereka yang tahu.

Nah,  berawal dari itu semua saya bisa mendapatkan pelajaran. Pertama tentang berpikir positif, ternyata apa yang saya lihat,  dengar dan rasakan tidak seluruhnya benar. Cari second opini dalam menentukan pilihan atau bahkan mengklaim sesuatu. Jangan sampai menyesal dikemudian hari.

Udah dulu ya bun, yuk kembali kekepin suami kita terus kecup keningnya. Jangan lupa bisikin ke doi kalau mau sesuatu. Jangan pernah bernah berharap makhluk bernama lelaki ini mau diajak main tebak-tebakan apa yang kita mau. Kata mbak Atiqo "Ngomong, Mak. Ngomong!" 😍




Tuesday, January 23, 2018

Ghost Of Parenting, Gaya Parenting Yang Menjadi Sumber Kekerasan Pada Anak

January 23, 2018 4 Comments


Gimana kabar Bunda malam ini? semoga sehat selalu ya, soalnya cuaca lagi enggak menentu. Kadang panas kadang hujan. Galau. Kayak saya yang lagi galau mikirin Mas Daffa mau public scholl atau homescholing aja. Begitu banyak pertimbangan untuk menyekolahkan daffa di usianya yang ketiga tahun. Sebetulnya bukan sekolah juga sih, tapi PAUD hehe. Masuknya juga tiga kali seminggu. 

Pada dasarnya pingin Mas Daffa belajar di rumah aja sama saya. Selain emang saya lebih banyak waktu di rumah, berharap juga bisa menguatkan bonding sama Mas Daffa. Pertimbangan lain karena Mas Daffa suka sekali ke sekolah,  bergabung sama teman sebayanya dan berharap Mas Daffa punya kesempatan mendapatkan stimulasi yang lebih beragam. Tapi satu hal yang menjadi tantangan terbesar buat saya kalau dia sekolah yakni bulying. Ya,  kekerasan pada anak semakin sering terdengar, semakin sering terjadi. Itulah tantangan terbesar orang tua jaman now mengantisipasi anak terhadap BULLYING.

Baca juga Serunya Mas Daffa di sekolah

Bullying atau kekerasan pada anak semakin marak terjadi di sekolah. Bukan hanya di sekolah menengah saja,  bahkan untuk taraf TK saja sudah terjadi bullying. seram banget liat anak kecil mengucapkan seluruh isi kebun binatang. Hadehh...  Yang lebih parahnya lagi bullying terkadang hadir dari orang tuanya sendiri. 

Bunda pernah denger enggak kisah orang tua yang menyiksa anaknya sampai biru dan disiram air panas? Itu bundanya sendiri lho, yang mengandung dan menyusuinya,  bukan orang lain. Kenapa bisa ya?  cerita lengkapnya di sini

Terkadang kita sebagai orang tua secara tidak sadar menerapkan ghost  of parenting pada anak. Ghost of parenting adalah  adalah hal hal yang "menghantui" pola parenting kita, yang sebenernya merupakan bawaan dari pola parenting yang kita terima sebelumnya dari orang tua kita. Jadi saat kita kecil terbiasa mendapat kekerasan dari orang tua,  rewel sedikit udah dijewer,  nilai anjlok kena pukulan bisa jadi kita juga melakukan hal yang sama pada anak kita. Itulah ghost of parenting.

Menurut pandangan saya pribadi ghost of parenting inilah sumber terjadinya kekerasan pada anak. Bagaimana tidak?  Anak akan belajar dari kita sebagai orang tua, jika kita selalu melakukan kekerasan bukan tidak mungkin jika dia akan melakukan hal yang sama pada anak lain. Dan anak yang dibangun dari kekerasan akan tumbuh menjadi anak yang keras dan tidak peduli atau malau sebaliknya mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri. Lantas jangan salahkan anak jika dia akan menjadi korban bulying dari teman sabayanya. Sederhananya jika dia tidak tumbuh menjadi pelaku bulying dia akan menjadi korban.

Lalu bagaimana kita sebagai orang tua mengantisipasi kekerasan pada anak?
Pertama jika kita adalah “korban” dari orang tua kita, maka maafkanlah. Bisa jadi apa yang dilakukan orang tua kita dulu karena kurangnya pemahaman mereka. Putus rantai “setan” agar anak kita tidak mengalami hal yang sama dengan kita.

Kedua selesaikan semua masalah kita terlebih dahulu. Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri akan mudah bergerak maju dan lebih luas melihat dunia. Hal ini membantu kita untuk lebih sadar dan peka terhadap apa yang kita lakukan pada anak. 

Ketiga jangan berhenti belajar menjadi orang tua. Walaupun menjadi orang tua tidak ada sekolahnya tapi bukan berarti tidak bisa belajar. Apalagi saat ini sudah banyak seminar,  buku bahkan kuliah online parenting yang bisa dimanfaatkan untuk mencari ilmu.

Keempat jalinlah komunikasi efektif dengan keluarga untuk selalu satu misi menjaga buah hati.

Yang terakhir cintailah mereka apa adanya,  jangan banyak menuntut karena mereka terlahir unik dan teruslah berpikir positif.

Yups itu adalah beberapa cara agar kita sebagai orang tua bisa mengantisipasi kekerasan pada anak yang saat ini semakin menjamur

Semoga bermanfaat!! 

Monday, January 22, 2018

Punishment dan Reward pada balita, Efektifkah?

January 22, 2018 0 Comments
Hai, Bunda. Pasti dong enggak asing lagi sama metode punishment dan reward kan? Terus jika kita mengaplikasikannya pada balita yang pada hakikatnya belum bisa berpikir konkriapakah bisa efektif?




Bawah Lima Tahun atau sering disingkat Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun.  Menurut Piaget, seorang tokoh psikologi kognitif menjelaskan bahwa tahap perkembangan kognitif balita yakni tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:

  1. Self counter nya sangat menonjol.
  2. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
  3. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
  4. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :

  1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
  2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
  3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
  4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya.
Lalu dengan tahapan perkembangan yang sudah dijelaskan di atas,  apakah punishment dan reward akan efektif jika diaplikasikan pada balita?  Oh iya,  sebelum kita membahas lebih jauh tentang keefektifitasan metode tersebut, yuk kita kupas dulu apa sih punishment dan reward itu? 


Punishment berasal dari bahasa inggris yang bartinya hukuman. Secara lengkap bisa diartikan sebagai konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Sedangkan reward atau reinforcement adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.  Singkatnya punishment digunakan untuk menurunkan perilaku yang dianggap kurang baik contohnya ibu mengurangi jam nonton tv karena anaknya bangun kesiangan. Sedangkan reward digunakan untuk mempertahankan perilaku positif, contohnya sang Ibu memberikan sarapan favorit saat anak bisa bangun pagi dengan bahagia.  

Pada tahap preopreasional balita banyak belajar dengan melihat sekeliling. Mereka mulai belajar prinsip-prinsip secara benar. Jadi perilaku kitalah yang akan mereka lihat dalam mempelajari konsep salah dan benar. Yang harus diingat dalam pemberian punishmet dan reward adalah bagaimana cara kita mengaplikasikannya. Saat memberikan kedua metode tersebut haruslah mendidik dan jangan berlebihan. Contohnya ketika memberikan punishment tidak boleh ada kekerasan fisik atau psikis seperti menjewer,  memukul atau memarahi anak di depan umum. Semua itu akan meninggalkan trauma pada anak. Alih-alih berharap anak tidak melakukan perilaku negatifnya lagi,  malah mereka akan menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Begitu juga dengan pemberian reward. Walaupun perilaku positifnya kita apresiasi tapi janganlah berlebihan. Pemberian reward jangan sampai menimbulkan ketergantungan anak. Jadi,  kalau tidak ada reward anak tidak akan bergerak dan jangan pernah memberikan "iming-iming" pada anak. Hal ini akan menyebabkan dia kurang motivasi diri. 

Perkembangan kognitif pada balita sangat terbantu dengan adanya contoh konkrit, atau lebih bisa kita kenal dengan keteladanan. Jadi bagaimana agar reward dan punishment bisa efektif di aplikasikan pada balita?  Berikut ini beberapa tips agar metode tersebut bisa berjalan dan sesuai dengan fungsinya. 

  1. Jadilah orang tua yang bisa menjadi teladan yang baik buat anak. Ini adalah pokok yang harua dilakukan orang tua sebelum melaksanakan punishment dan reward. Apalagi untuk balita yang masa perkembangannya sangat tergantung dari lingkungannya. 
  2. Berilah batasan pasti tentang prilaku yang salah dan benar. Jangan sampai abu-abu mengajarkan pada anak karena dia belum bisa memutuskan dan memilah sendiri apa yang bemar atau salah. 
  3. Berikanlah respon punishment atau reward saat itu juga atau setelah perilaku itu dilakukan. Jangan sampai menunda sampai ada perilaku lain baru memberikan respon. Hal ini bisa membingungkan anak, perilaku yang manakah yang mendapatkan reward. 
  4. Jangan berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan itu kurang baik. 
  5. Berikanlah reward yang eksklusif,  maksudnya berikanlah reward tersebut jika hanya anak berbuat baik. Tujuannya agar mereka tidak bosan dan termotivasi. 
  6. Jangan sampai pemberian punishment malah membuat mereka trauma. Hindari kekerasan fisik dan psikis. 

Demikianlah tips dari saya,  semoga bermanfaat.

Wednesday, January 17, 2018

How To Be A Happy Stay At Home Mom?

January 17, 2018 12 Comments


Hai, Bunda, gimana kabar sore inii?  Moga tetep semangat dan always happy ya 🙏🙏🙏

Hem,,, topik seputar ibu rumah tangga emang tak pernah habis untuk dibahas ya, Bun. Salah satunya tentang pilihan menjadi stay at home mom. Apalagi kalau sebelumnya bunda adalah workacholic, pasti begitu banyak perubahan yang signifikan dalam hidup bunda menghadapi transisi ini.

Saat bunda memilih untuk tetap tinggal di rumah menemani sang buah hati dan suami, sungguh itu adalah pilihan yang tidak mudah, bukan? Karena saya juga merasakan hal yang sama hehe. Transisi pekerjaan dari kantor ke rumah pasti membawa perubahan ‘iklim’ yang berdampak pada mental bunda. Jika biasanya bunda selalu dikelilingi orang-orang,  sekarang hanya ada si kecil dan suami. Jika biasanya bunda melakukan semua hal sesuai jadwal, kini bisa lakukan semau bunda dengan pekerjaan yang lebih banyak dan tak ada habisnya.

Pastinya perubahan yang tidak sedikit ini bisa memicu munculnya distres jika tidak segera di selesaikan. Ada beberapa dampak yang bisa muncul di masa transisi working mom dan stay at home mom. Yakni hilangnya kepercayaan diri, rasa bosan, distres tinggi sampai terjadi baby blues sindrom atau ghost parenting yang sekarang lagi viral di dunia maya. Semoga kita dijauhkan dari menyakiti diri sendiri dan orang sekitar khususnya buah hati kita.

Maka dari itu,  Bunda perlu melakukan sesuatu agar pilihan menjadi stay at home mom bisa tersa menyenangkan. Dilansir dari  rockin mama ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh bunda,  yakni:

1. Jalin Komunikasi Yang Baik Dengan Suami
   Sebisa mungkin libatkan suami dalam setiap aktifitas bunda, walaupun hanya sekedar sharing atau minta pendapat resep apa yang akan bunda masak besok. Suatu yang sepele tapi berdampak sangat baik. Selain itu, karena saat ini sumber penghasilan hanyalah dari suami,  mulailah merencanakan pembagian tugas dengan suami agar suasana dalam keluarga menyenangkan.  Jangan pernah sungkan jika bunda menginginkan sesuatu pada suami. Toh, beliau bekerja juga untuk bunda dan anak-anak.  Walaupun suami sebagai sumber nafkah utama bukan berarti seluruh pekerjaan rumah dan pendidikan anak adalah murni tanggung jawab bunda. Komunikasikanlah dengan suami jika bunda merasa lelah dan butuh waktu untuk me time.





2. Temukan Support Group
   Di era serba modern ini banyak sekali muncul support group parenting.  Baik offline maupun online. Bunda bisa memanfaatkannya untuk menambah wawasan dan teman. Berkumpul dengan orang-orang positif akan memberikan dampak yang positif pula.  Saat ini ada banyak support parenting yang menjalankan kuliah online jika bunda merasa kesulitan untuk keluar rumah salah satunya adalah Institut Ibu Profesional yang diampu oleh bunda Peni Septi W.




3. Tekuni Hobi Bunda
   Cobalah luangkan waktu sejenak untuk melakukan hobi bunda atau me time. Kalau bisa lakukanlah secara mendalam, siapa tau bisa menjadikan ladang rezeki buat bunda dan keluarga. Me time sangat disarankan agar bunda tidak merasa bosan dengan rutinitas sehari-hari dengan kegiatan yang sama.





4. Jangan Berharap Terlalu Tinggi Terutama Di Awal Masa Transisi
   Biasanya bunda yang baru menjalani transisi dari working mom akan berekspektasi terlalu besar, seperti waktu luang yang banyak,  kebebasan dan tidak dikejar deadline.  Tapi jangan salah menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan 24 jam kali seminggu tanpa cuti tanpa libur tanggal merah hehehe.  Jadi,  persiapkan diri secara matang sebelum memutuskan untuk stay at home.




5. Jangan Berhenti Belajar
   Sekali lagi,  menjadi ibu rumah tangga bukan berarti pupus sudah cita-cita bunda.  Tidak, akan ada waktunya di mana saat anak-anak mulai remaja dan waktu mereka lebih banyak di luar di situlah bunda coba lagi untuk mengukir cita-cita tanpa harus meninggalkan mereka.  Buatlah milestone rancangan apa saja yang akan bunda lakukan hingga menjadi seorang ahli dan bunda produktif.





6. Aplikasikan Ilmu Dan Keahlian Kita Dalam Mengatur Rumah Dan Keluarga
Jangan pernah menyesal jika ada yang bilang seorang sarjana hanya jadi ibu rumah tangga. Pekerjaan ibu rumah tangga bahkan lebih komplek daripada seorang manajer di perusahaan terkenal. Karena mereka tidak dituntut untuk menjadi manajer, koki, dokter dan ahli gizi secara bersamaan seperti yang dibutuhkan oleh ibu rumah tangga.




7. Temukan Kenyamanan bunda
Let’s enjoy your life,  build your happiness.  Jangan berharap bisa melakukan semuanya dengan sempurna, tetaplah menjadi diri sendiri dan nikmati hidup bunda! 



Okey,  itu adalah tips agar bunda bisa tetap menjaga “kewarasan” saat memilih menjadi Stay at home mom. Enjoy your life, please! 




Tuesday, January 16, 2018

(Day10) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 16, 2018 0 Comments


Yey... Kecerdasan intektual hadir lagi. Jujur kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang paling sering saya latih sebelum dapat materi game 3. Salah satunya kecerdasan linguistik mengenal huruf hijaiyah. Alhamdulillah sekarang Mas Daffa sudah mengetahui semua huruf hijaiyah,  tapi ada beberapa yang lupa karena lama enggak di trial hehehe

Pertama kali mengajarkan huruf hijaiyah terinspirasi saat melihat FB teman yang sedang mengajarkan membaca pada anaknya yang seusia Mas Daffa. Waktu itu usia Mas Daffa menjelang dua tahun. Sebenarnya saya tidak ada niatan untuk mengenalkan calistung padanya sampai dia benar-benar siap.

Pro dan kontra berseliweran di berbagai media, makanya sampai usianya menjelang dua tahun masih belum ada rencana untuk mengajarkannya membaca. Apalagi saat saya dapat kiriman file "Kapan anak siap membaca?" yang ditulis oleh pakar parenting. Intinya begitu banyak hal yang perlu disiapkan sebelum mengajarkannya huruf.  Saya semakin yakin untuk tidak mengenalkan huruf untuk saat ini.  Tapi saya goyah melihat anak seusianya mulai pintar membaca 🙈 maklum mamah muda yang suka tergiur dengan info baru hehe

Saya memulai dengan memperlihatkan video huruf hijaiyah, salah satunya dari menyanyi. Hal ini karena saya rasa Mas Daffa tipe pembelajar visual. (Entah mengapa saya lebih sreg mengajarkan huruf hijaiyah pertama kali sebelum huruf latin, berharap suatu saat bisa menjadi ahlul Qur'an Amin.... Beberapa hari sudah terlihat progresnya, dia sudah bisa membedakan satu persatu huruf hijaiyah,  setelah itu saya coba buatkan flash card ala kadarnya.  Bisa cari di google printable huruf hijaiyah terus di print, kalau mau lebih rapi bisa diisolasi.

Semakin lama semakin terlihat progresnya,  tapi kata hati saya berkata lain. "Sudah benarkah saya mengajarkannya sekarang?  Apa tidak terlalu cepat?" satu sisi hati yang lain menolak "kan kamu gak maksa dia belajar,  dia belajar dengan enjoy!" semakin hari semakin galau sampai akhirnya saya ikut kulwag yang diadakan oleh salah satu metode parenting.  Metode ini sangat erat kaitannya tentang mengajarkan anak membaca dan menulis.  Sepanjang mengikuti kulwag saya benar-benar mencoba memahami dan mencari referensi banding,  termasuk file yang saya katakan tadi di atas.  Dan Ta Da!!!  Saya menemukan benang merah pro dan kontra anak belajar membaca. ( semoga suatu hari nanti bisa menuliskan ini)

Sejak saat itu saya lebih enjoy dan enggak lagi terpengaruh sama emak-emak yang sibuk antara pro dan kontra tanpa mencari solusi. Kalau emaknya enjoy, anaknya juga enjoy.

Semangat!!!!

#tantangan_hari_ke_10
#Game_level_3
#KuliahbunsayIIP3
#AkuBisa

Monday, January 15, 2018

(Day8) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 15, 2018 0 Comments

Selamat malam bunda,  ternyata melatih kecerdasan emosional masih saja menjadi yang utama pada game level 3 ini.  Kali ini mengambil topik berbagi,  apalagi momennya pas banget. Hari ini Mas Daffa lagi main ke sekolah TK depan rumah,  mumpung lagi pulang kampung jadi sosialisasinya dimaksimalkan. kalau sudah balik ke Sidoarjo pengenalan sosialisasi belum maksimal karena di rumah hanya ada saya,  ayahnya sama tantenya.

Selama ini Mas Daffa masih sangat kurang dalam berbagi. Yah,  gak bisa disalahkan juga karena usianya masih tahap perkembangan egosentris. Tapi enggak ada salahnya juga sambil mengenalkan apa itu berbagi.

Saat ini kami pergi ke TK depan rumah. Karena kebetulan kelas sudah waktunya istirahat,  Mas Daffa beli mie di kantin dan dibawa ke kelas.  Saat inilah saya mencoba mengenalkan apa itu berbagi.  Dan mengenalkan bahwa dengan berbagi kita tidak akan kehilangan apapun.  Bahkan akan ditambah oleh sang pemilik segalanya,  InsyaAllah.

Biasanya dia akan menolak jika ada yang minta makanan atau barang-barangnya.  Tapi kali ini alhamdulillah dia bisa berbagi dengan baik. Sedikit demi sedikit tidak ada salahnya sambil mengenalkan fitrah keimanan, salah satunya tentang berbagi.


#hari-ke8
#game_level3
#kuliahbunsayiipsby3
#akubisa

(Day9) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 15, 2018 0 Comments

Belajar bisa di mana saja dengan media apa saja, itulah jargon yang tepat untuk Mas Daffa malam ini.  Apapun medianya asalkan momennya pas langsung tancap gas.  Dengan berbekal koin tiga buah dia dengan sendirinya menghitung jumlah koin tersebut.  Saya yang sedang menonton TV hanya bisa tertawa mendengar dia menghitung dengan gaya bahasanya yang khas.
Atu,  ua, iga
Tidak hanya intonasinya saja yang membuat saya terpikal-pikal.  Tapi dia menghitung tanpa melihat koinnya. Dia meletakkan koinnya di atas kaki sedang matanya melihat ke TV dan mulutnya terus menghitung dibantu dengan tangannya yang bergerak satu peraatu sesuai dengan angka yang disebutnya.  Setelah ketahuan kalau saya menertawainya, dia langsung diam dan tidak lagi berhitung.
Ayo, Fa.  Hitung lagi! 
Dia hanya tersenyum terus lari hehehe.  Teruslah tumbuh dan semakin cerdas ya, sayang. semoga jadi anak sholeh yang bermanfaat.

#hari-ke9
#game_level3
#kuliahbunsayiipsby3
#akubisa

Sunday, January 14, 2018

(Day7) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 14, 2018 0 Comments

Apa kabar bunda,  sudah bermain apa hari ini dengann buah hati?  Kalau Mas Daffa sama bunda lagi jalan-jalan siang hehehe.  Di tengah terik matahari yang terselubung dalam mendung,  Mas Daffa pengen jalan-jalan.  Kebayang enggak,  siang-siang  dengan panas yang sedikit mendung (opo toh? He)  pas setelah adzan Dhuhur berkumandang sang buah hati ngajak jalan ke luar? Bukan naik mobil atau motor tapi jalan kaki! Hadeh mau nolak kasian,  mau jalan kok mager total 😂

Akhirnya diputuskan untuk berangkat jalan-jalan.  Enggak ada salahnya juga saya pikir. Toh mungkin dia lagi bosan di rumah dan cuaca juga enggak terlalu panas.  Setelah sholat dan siap-siap berangkatlah kami berdua tanpa tujuan. Pokoknya keliling komplek aja dulu.  Sampai di perempatan komplek bingung nih mau kemana? (sementara mengabaikan pandangan orang-orang yang menatap dengan dahi mengkerut. Mungkin pikir mereka siang-siang gini mau ke mana?  Hehe)  Kebetulan perempatannya ada warung kopi jadi banyak orang lagi cangkruan.

Saya melihat lurus ke depan, akhirnya cus dapat ide ke taman bermain Aisyiah yang enggak terlalu jauh dari komplek. Sambil bernyanyi kami menuju ke Blok B1 tempat taman bermain itu berada. Sampainya di sana,  Mas Daffa tertarik masuk dan ingin bermain di area bermain sekolah.  Ragu-ragu kami masuk dan mengetuk pintu. Kok rasanya enggak sopan kalau langsung main tanpa izin. Setelah dipersilahkan masuk saya ditemui oleh kepala sekolah.  Dan saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.  Saya bertanya tentang program sekolah,  kegiatan anak-anak sampai pada rincian biaya.  Setelah semua selesai Mas Daffa diizinkan untuk bermain,  padahal saya belum minta izin hehehe. Yah,  terima kasih ustadzah.

Di Area bermain Mas Daffa mencoba satu persatu mainan di sana ada jungkitan,  ayunan, plosotan dll.




Setelah semua dicoba pilihan terakhir adalah mainan ini,  entahlah saya juga enggak tau apa nama mainannya.  Pokoknya naik tangga ada jembatan gantung,  lewat terowongan, terus berakhir turun di plosatan.


Awalnya underestimed sama kemampuannya,  melihat pengalaman pas di perpusda kemarin dia masih ragu-ragu dan takut saat naik jembatan gantung. Apalagi ini mainannya lebih tinggi dari sana.  Eh,  siapa yang sangka kalau dia malah sangat bersemangat naik dan melewati setiap alurnya.  Bahkan dia berani melewati terowongan berjaring tanpa harus saya ikuti. Walaupun awalnya kepalanya kejedod tapi dengan itu dia jadi belajar gimana bisa berjalan di dalam terowongan. Yah, inilah yang dinamakan belajar dari kesalahan.



Dari pengalaman ini saya jadi belajar,  teruslah berpikir positif pada anak. Karena kita tidak tahu seberapa besar kekuatan dia sebenarnya. Yang perlu kita lakukan adalah menstimulasinya lebih optimal dan membersamainya dengan cinta. Anak punya potensi suka ingin tahu hal baru alias minat belajarnya tinggi. Jadi kalau dia enggan belajar dan mencari tau berarti ada yang salah dengan kita as orang tua. Anak juga bisa belajar dari kesalahan,  jadi saat anak berbuat salah jangan langsung dimarahi tapi berilah dia pengertian dan dia akan belajar.  Dan satu lagi, enggak ada salahnya menuruti kemauannya selama itu tidak merusak prinsip. Hal ini bukan mengajarkannya manja atau selalu menuruti kemauannya tapi lebih dari sekedar menghargai keinginannya.

Sekian dari saya,  bunda punya cerita apa hari ini???

#hari_ke7
#game_level3
#kuliahbunsayIip3
#AkuBisa

(Day6) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 14, 2018 0 Comments


Pagi bunda,,,, 
Masih berkutat dengan kecerdasan emosional, kali ini tentang kesabaran.  Pagi tadi tidak seperti biasanya Mas Daffa mau aja kalau diajak bermain.  Tapi pagi ini 'kecanduan' gadgenya kambuh lagi.  Kalau sudah kayak gini mau di iming-iming apa gak mempan kecuali diajak jalan-jalan sama ayahnya.  Karena posisi pagi dan ayahnya di kantor, yah terpaksa harus benar-benar tega.  

Akhirnya tangispun udah tak terbendung lagi,  sampai jerit-jerit. Hampir saja saya luluh dan memberikan apa yang dia minta. Tapi tiba-tiba ingat perkataan seorang psikolog kalau saya memberikannya dengan kondisi saat ini,  suatu hari nanti dia pasti akan mengulanginya lagi dan akan terus menjadi senjata dia kelak.  

Setelah berpikir panjang akhirnya saya pituskan untuk tetap membiarkannya menangis,  setelah agak reda baru saya gendong dan kasi pengertian
Mas,  harus sabar.  Nanti kalau sudah main-mainnya boleh pegang hape tapi sebntar aja.  Enggak boleh nangis. Liat bajunya jadi basah kan? 
Entah dia akan mengerti atau tidak tentang konsep sabar, yang terpenting dia diam dulu dan tidak lagi merengek minta hape. Tapi kesalahanku malah menjanjikannya lagi nanti.  Hadeh 🙈 kapan dia bisa lepas daro gadgenya.  Semoga ini bisa jadi pelajaran buat saya dan Mas Daffa.

#Hari_ke6
#game_level3
#kuliahbunsayiip3
#AkuBisa


Saturday, January 13, 2018

(Day5) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 13, 2018 0 Comments


Hai bunda,,,
Kali ini ingin banget mengkonsistenkan berdoa untuk Mas Daffa sebelum dan sesudah makan. Sekalian melatih kecerdasan spiritualnya. Lalu Apa sih kecerdasan spiritual itu? Dilansir dari materi IIP melatih kecerdasan emosi dan spiritual pada Rabu, 3 Januari 2018 Kecerdasan spiritual berhubungan dengan perlindungan dan pengembangan jiwa, yang dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford didefinisikan sebagai “identitas moral dan emosional” serta intensitas dari “energi intelektual dan emosional”.

Seorang pakar spiritual mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan menggunakan spiritualisme sebagai cara untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah.

*Menurutnya kecerdasan spiritual terdiri dari empat kemampuan berikut:*

✅ Mampu mengendalikan tubuh dan benda di sekitar.
✅ Mampu mengambil manfaat dan makna dari pengalaman sehari-hari.
✅ Mampu memanfaatkan sumber daya spiritual untuk memecahkan masalah.
✅ Berbudi luhur.

Tiap orang punya cara berbeda untuk mencapai kecerdasan spiritual, salah satunya dengan berdoa. Maka dari itu,  pengenalan kecerdasan spiritual masih dan sangat bisa jika dikenalkan pada anak pra latih.  Walaupun kamampuannya belum sampai pada bepikir abstrak, kecerdasan spiritual bisa diajarkan melalui aktifitas sehari-hari seperti berdoa. Bisa jadi dia belum bisa memaknai apa maksud dari berdoa, tapi setidaknya kita kulai mengajarkannya sedikit demi sedikit. Setelah itu baru bisa dibacakan cerita tentang Sang Maha pencipta,  rasa syukur dan lain-lain yang berhubungan dengan spiritual.  Di bawah ini ada infografis dari IIP yang bisa dilihat apa saja kecerdasan spiritual itu.



Demikian cerita tentang kecerdasan spiritual hari ini. Bunda punya cerita apa tentang melatih kecerdasan spiritual. 

#hari_ke5
#game-level3
#kuliahbunsayiip
#AkuBisa

Friday, January 12, 2018

(Day4) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 12, 2018 0 Comments

Kecerdasan emosional tetap menjadi pilihan untuk tantangan hari keempat, kali ini mengambil tema bertanggung jawab alias pengendalian diri.  Ya,  karena bertanggung jawab adalah proses mengendalikan diri untuk tidak melakukan semaunya sendiri.

Setelah kemarin kami melatih tentang kemandirian diri merapikan mainan. Sekarang melatih aktifitas yang sama tapi dari sudut pandang yang berbeda,  yakni dari persepektif tanggung jawab.  Setelah bermain dan menaruknya di setiap sudut rumah sekarang waktunya memberikan pengertian tentang tanggung jawab.

Mas,  ayo beresin mainannya dulu. Kan mas Daffa yang mainan,  sekarang mas Daffa yang masukin mainannya. 
Walaupun tidak secara eksplisit mengucapkan kata tanggung jawab, tapi kami mendeskripsikan langsung dengan 'aktifitas apa sih yang menunjukkan tanggung jawab?'  di atas saya contohkan dengan sebab-akibat.  Mas Daffa yang main jadi Mas Daffa juga yang beresin mainannya.

Kalau bunda dengan cara apa mengajarkan anak tentang tanggung jawab?
yuk saling share pengalamannya...

#hari_ke4
#game_level3
#kuliahbunsayiip3
#Aku_bisa

Sunday, January 7, 2018

(Day3) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 07, 2018 0 Comments

Setelah 2 kali melatih tentang kecerdasan intelektual, hari ke3 saya ingin melatih kecerdasan emosional. Ya,  karena selama ini bisa dikatakan saya terlalu fokus pada kecerdasan intelktual dan sedikit sekali mengajarkan tentang kecerdasan emosional dan spiritual.  Awalnya saya menganggap bahwa kedua kecerdasan tersebut akan tumbuh seiring dengan bertambahnya usia,  apalagi kebiasan "mondok" yang sudah menjadi tradisi dikeluarga saya akan memunculkan kedua kecerdasan tersebut secara otomatis. Tapi ternyata saya salah,  kecerdasan emosional dan spiritual ternyata harus sudah selesai di usia 6 tahun. Agar tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berakhlakul karimah.  Menurut Psikolog Roslina Veraul,  Orang tua harus lebih dulu memahami usia anak mulai peka tentang emosional.
Anak mulai lebih peka tentang emosional diri dan sekitar di momen usia dua sampai tiga tahun,
Saat ini Mas Daffa berusia 2,5 tahun, jadi saya rasa ini adalah waktu yang pas untuk mengajarinya macam-macam emosi. Ya,  tahap awal mengajarkan kecerdasan emosional adalah mengajarkan apa saja bentuk emosi lalu seiring waktu mulai mengenalkan solusi.  Seperti yang hari ini saya latih tentang kecerdasan emosional Keberanian alias menaklukkan rasa takut.  Mas Daffa adalalah tipe anak yang tidak mudah memulai hal baru. Jembatan goyang yang dia naiki adalah hal baru baginya. Awalnya dia dengan berani naik tangga dan mulai meniti sedikit demi sedikit. Tapi, saat jembatannya mulai bergoyang sangat terlihat kepanikan di wajahnya sampai-sampai dia duduk dan ingin turun dari atas jembatan. Nah,  disaat inilah saya berdiri dan memberikannya semangat.
Ayo, Mas.  mas Daffa pasti bisa! Bunda tunggu di sini ya,
Saya terus saja menyemangatinya sambil berdiri di ujung titian. Dia sempat menangis dan terus saja berusaha turun, saya terus menyemangatinya sampai dia kembali berdiri dan meniti lagi. Akhirnya sampai juga dia di ujung jembatan. Yey....  Dan saya tidak lupa memberikannya appresiasi dengan pelukan dan ciuman...
Hore!!!  Mas Daffa hebat, Mas Daffa berani!

#hari_ke3
#game_level3
#KuliahBunSayIIP3
#AkuBisa


Saturday, January 6, 2018

Pantai Balekambang, Miniatur Tanah Lot Pulau Bali

January 06, 2018 3 Comments

Malang. Siapa sih yang gak kenal sama kota wisata satu ini? Kota yang terletak pada ketinggian antara 440 - 667 meter di atas permukaan laut ini, merupakan salah satu tujuan wisata Jawa Timur karena potensi alam yang dimilikinya. Gunung-gunung menjadi pemandangan yang memanjakan mata selama perjalanan ke kota wisata ini. Oleh karena itu, iklim di kota Malang ini selalu membuat semua orang ingin berlama-lama, yakni berkisar antara 22,7 derajat C-25,1 derajad C.

Kota Malang memiliki banyak sekali tempat wisata, mulai dari wisata alam yang murah meriah meriah sampai wisata edukasi yang lumayan merogoh gocek. Salah satu wisata yang murah meriah adalah Pantai Balekambang yang terletak di sebelah selatan kota malang, tepatnya di kecamatan Bantur, desa Srigonco.
Sebagai arek Malang yang sudah lebih 15 tahun melanglang buanana di kota dingin ini,  baru kali ini kami berniat mengunjungi pantai Belekambang. Sebenarnya tidak terlalu jauh jika kami berangkat dari rumah di Gondanglegi. Saya hanya perlu menempuh perjalanan Gondanglegi-Bantur-Srigonco-Pantai Balekambang. Tapi sayang, keinginan ke sana malah muncul setelah kami berdomisili di Sidoarjo. Jadi, rutenya jadi lebih panjang sekitar 3 jam. Memang dunia itu terkadang terbalik, kalau dekat enggak di kunjungi, kalau jauh malah pengen banget ke sana hehehe

Akses perjalanan ke sana sebenernya sudah bagus, sepanjang perjalanan ke pantai sudah teraspal mulus. Hanya saja di penghujung jalan ke pantai aspalnya sudah mengelupas. Dan yang paling bikin deg-degan itu saat sampai di jurang mayit, karena tanjakan dan tikungannya tajam. Jadi, bagi para pengunjung yang menggunakan motor harap berhati-hati apalagi saat musim hujan, jalanan menjadi licin. Tapi setelah melewati jurang mayit, kami disugi jalan dengan bukit-bukit nan indah seperti bukit teletubis.



Tarif masuk ke lokasi cukup murah, kita hanya perlu membayar 15.000/orang di tambah dengan biaya mobil sebesar 10.000/mobil dan biaya asuaransi lainnya. Setelah proses pembayaran karcis kami di arahkan untuk masuk ke area parkir. Nah, di sini kita harus tahu apa tujuan ke pantai Balekambang?  Jika untuk menikmati Pura Amarta Jati di  pulau Ismoyo yang menjadi magnet tersendiri di pantai Balekambang. Maka, kita harus ke arah barat atau sebaiknya tanya petugas di sana. Atau jika hanya ingin menikmati deburan ombak dan bermain di bibir pantai, bisa langsung ke parkiran sebelah kiri, karena di sana tidak terlalu banyak pengunjung. Jadi bisa lebih leluasa menikmati pasir putih dengan deburan ombaknya.




Pura Amarta Jati ini terletak di pulau Ismoyo yang berada di bibir pantai Balekambang sekitar 70 meter dan dihubungkan dengan jembatan. Pura ini masih aktif digunakan oleh umat hindu setiap perayaan nyepi. Dan pura inilah yang menjadi daya tarik di pantai balekambang. Sayangnya kemarin kami salah tekhnik. Kami parkir di area timur jadinya tidak bisa langsung menikmati panorama pulau Ismoyo.  Baru setelah puas bermain di pinggir pantai, kami bertanya pada petugas dimana letak puranya. Tapi sayang hujan sangat deras turun sehingga kami langsung putar arah untuk pulang. Yah, padahal niat utama ke sini ingin foto di Pura yang mirip banget sama tanah Lot di Bali. Bahkan banyak orang mengatakan pantai Balekambang adalah miniatur Tanah Lot, Bali. Bisa dibayangkan bagaimana indahnya?


Oh iya, ada satu yang tidak bisa dipisahkan dari pantai Balekambang. Pantai yang termasuk gugusan pantai selatan ini pasti tidak terlepas dari cerita mistis dan mitos. Salah satunya adalah dilarang pakai baju merah kalau ke sana, takut di bawa Nyi Roro Kidul sebagai penguasa pantai selatan. Selain itu, mitosnya adalah air pantai selatan yang bisa bikin awet muda, jadi jangan heran jika banyak pengunjung yang berendam atau sekedar mengusap muka di sana. Dan yang paling terkenal adalah mitos tentang berakhirnya hubungan pasangan muda-mudi yang belum menikah. Walaupun terdengar tidak masuk akal,  sebaiknya kita menghargai segala peraturan yang ada di sana.

Tempat wisata apa yang paling berkesan di hati kalian?  Yuks share agar lebih banyak orang bisa menikmati wisata di daerahmu!
#GramediaHolidayseason



Friday, January 5, 2018

(Day2) Aku Bisa! Tantangan Kuliah Bunda Sayang IIP

January 05, 2018 0 Comments

Hari Jumat adalah jadwal Mas Daffa belajar di luar.  Bukan hanya karena sudah hampir seminggu belajar di rumah, pengadaan jadwal belajar di luar rumah ini agar Mas Daffa gak bosan dan bisa bersosialisasi agar nantinya bisa menjadi pribadi yang adaptif.  Banyak sekali manfaat belajar di alam atau di luar rumah. Salah satunya adalah mengenal lingkungan luar dan bertemu orang banyak.  Pengalaman yang tidak bisa dilakukan hanya di  rumah saja. Dan jadwal minggu ini adalah perpustakaan kota.  Yey...

Perpustakaan kota adalah wisata educatif yang efektif dan gratis.  #maklumemakemakirit 😬 Perpustakaan kota sidoarjo letaknya hanya 5 menit dari rumah, dan ini bisa menjadi pilihan yang efektif buat Mas Daffa.  Apalagi pas dengan tema pengajaran kecerdasan intelktualnya.  Selain itu perjalanannya tidak jauh dari rumah jadi nyampek sana gak capek di jalan. Oh iya di sana juga ramah anak lho..  Ada playground walaupun sudah waktunya renovasi, ruang baca anak yang ada di lantai dasar dan bermacam-macam mainan.



Pertama kali sampai di sana Mas Daffa langsung menuju ke playground yang letaknya pas di depan pintu masuk,  sambil menunggu emaknya bikin kartu.  Habis itu langsung capcus ke ruang baca anak.  Di ruang baca anak Mas Daffa langsung menyerbu temoat bermain,  salah satunya naik kuda-kudaan dan emaknya langsung berburu buku bacaan yang pas. Heehee


Setelah berburu buku yang pas,  akhirnya kita nyantai dulu di balkon sambil menunggu Ayah datang.  Sambil menunggu,  Mas Daffa buka buku dan meminta Bundanya bercerita. hem...okelah kemampuan bercerita saya ternyata lumayan hehehe

Sampai saat ini kemampuan linguistiknya, khusus mengenal huruf baru sampai E itupun belum terlalu lancar,  dan saya tidak ada niatan untuk terlalu menekan dia segera menghafalnya.  Sedangkan huruf hijaiyah Alhamdulillah  sudah lumayan lancar dan hafal hampir keseluruhan.  Emang dari dulu saya berniat mengajarkannya huruf hijaiyah terlebih dahulu sebelum huruf latin.  Pembelajaran linguistik atau pengenalan huruf pada tahapan Mas Daffa hanyalah selingan agar tidak bosan.  Tujuan uramanya adalah menambah kosa kata dan memperkuat artikulasi.  Itu saja!  Soal dia sudah tau huruf,  warna, binatang dalam bahasa inggris itu hanyalah bonus yang patut untuk disyukuri dan dioptimalkan.


#hari_ke_2
#game_level3
#kuliahbunsayiip
#akubisa!