Sunday, April 29, 2018

Produktif Tanpa Bakat, Why Not?



“Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu.”

Inilah satu kata yang paling melekat dalam pikiran saya setelah beberapa kali mengikuti kelas dari Ibu Septi Peni Wulandani. Founder Institut Ibu Profesional ini selalu membuat saya sadar bahwa,  tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau bersungguh-sungguh. Termasuk tetap bisa produktif dari rumah, bahkan tanpa mengetahui bakat sekalipun.

Produktif dan bakat memang seperti dua sisi mata uang.  Saling berkaitan dan ketergantungan. Mengapa tidak?  Karena produktif adalah implementasi dari bakat.  Lalu bagaimana caranya bisa produktif tanpa mengetahui bakat?

Yuk,  sebelum saya berbicara jauh tentang produktif. Saya akan menyatukan pemahaman tentang apa itu produktif. Dari sekian banyak definisi tentang produktif, saya menyimpulkan bahwa,  produktif adalah suatu kegiatan yang menghasilkan. Ingat!  Menghasilkan bukan hanya berupa uang saja, tapi apa saja yang bisa dimanfaatkan.

Setelah kita menyamakan persepsi tentang apa itu produktif, ini adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan.

Pertama,  lihatlah peluang yang ada di sekitar kita. Jangan “sibuk” mencari peluang yang jauh dari apa yang biasa kita lakukan. Tuhan selalu memberikan tanda yang jelas, hanya saja kita sering menolaknya.

Contohnya, saat saya memutuskan menjadi ibu rumah tangga, maka hal pertama yang saya lakukan adalah melihat apa saja yang biasa saya lakukan di rumah. Seperti memasak,  menemani anak bermain, membersihkan rumah dan lain sebagainya.

Kedua, pilih dan pilah aktivitas apa yang paling disukai dan paling tidak disukai.  Contohnya, dari aktivitas di atas saya paling suka memasak dan paling tidak suka membersihkan rumah.

Ketiga, luangkan waktu lebih banyak untuk mengeksplorasi diri.  Setelah kita tahu aktivitas  apa yang paling bisa dan paling kita sukai, berilah waktu lebih banyak untuk mengeksplorasi dan berkeksperimen. Lalu,  perbanyaklah jam terbang.

Keempat, jadilah diri sendiri. Karena begitu banyak orang yang memiliki kesamaan dengan kita,  maka jadilah yang khas, atau istilahnya “gue banget”. Hal ini akan memberikan identitas pada produk kita.  Misalnya, saya suka memasak dan keluarga saya sangat suka sayur. Makanan jenis apa saja, asalkan ada sayur pasti dilahap tuntas.  Nah, dari sini saya menciptakan menu “Chicken Vegetable”. Yakni Ayam yang isinya sayuran.

Kelima, share to care. Berbagilah siapa tahu ada orang yang membutuhkannya.

Wah, ternyata mudah kan?  Jangan menunggu tahu bakat dulu, baru berkarya. Tapi berkaryalah untuk menemukan bakat. Selamat mencoba.

No comments:

Post a Comment